Hiruk Pikuk Adam Malik Setiap Pagi

Sudah hampir tiga minggu saya memilih moda transit dari transjakarta ke kantor dengan mobil angkutan kota berlabel OK OTRIP. Yang merupakan angkutan yang difasilitasi transjakarta, dimana menggunakan angkot ini free, dengan menggunakan kartu emoney OK OTRIP dan JackLingko Card.

Sejak naik angkot itulah, setiap naik transjakarta, saya jadi turun di Halte Adam Malik, depan kampus Universitas Budi Luhur.

Ruas jalan Ciledug Raya dari dulu sejak saya pertama ke Jakarta ya hanya segitu-gitu saja, makin menyempit ketika ada proyek elevated bus way. Percis menjelang kampus Budi Luhur elevated bus way turun dan di tengah jalan depan Apartemen Gateway dan depan kampus Budi Luhur berdiri sebuah Halte.


Kondisi jelas mengurangi badan jalan yang bisa dimanfaatkan kendaraan untuk kelancaran arus lalu lintas. Di ruas ini banyak sekali titik henti, dari yang memang seharusnya seperti titik henti bus transjakarta di halte, titik henti angkutan umum, kemudian titik henti lain yang disebabkan penyeberang jalan.

Semakin banyak titik henti inilah yang menyebabkan setiap hari di sini selalu terjadi kemacetan, karena lalu lintas tidak lancar, jadi tersendat karena titik henti tadi. Belum lagi tinggi badan jalan dengan sisi jalan itu cukup tinggi, membuat situasi rawan selip bagi pengguna motor, apalagi saat habis diguyur hujan. Ada pula titik 'jeglongan', yang membuat laju kendaraan terhambat.

Pokoknya, kalau pagi itu crowded sekali. Belum lagi misal suasana antrian calon penumpang di halte mengular, makin meriuhkan suasana pagi di sini.

Inilah yang jadi sarapan pagi saya setiap pagi kini. Meski tidak mengenyangkan, setidaknya buat hiburan mata. Dan sekalian saya menyumbang jadi titik henti di sana, karena ketika saya menyetop angkot, otomatis lalu lintas tersendat, apalagi menyetop angkotnya tidak langsung berhenti di titik berhenti, karena angkot melaju di sisi kanan jalan, otomatis saya harus melintas jalan menghambat laju arus lalu lintas.

Ya maaf ya, mau bagaimana lagi, beginilah adanya. Mungkin ya, buat pengendara kendaraan bermotor akan kesal, ya itu yang jadi alasan saya memutuskan 'gantung helm' dan beralih menggunakan angkutan umum terintegrasi begini, lebih tenang.

Ke depannya, saya pikir harus ada solusi mengenai hal ini. Alternatif agar jalanan di sini bisa lebih mengalir. Soalnya, kasian juga sih kalau harus bermacet-macetan, sedangkan tujuannya masih jauh. Solusi pelebaran jalan nampaknya tak mungkin. Entahlah, kita lihat saja ke depannya akan bagaimana. -cpr-

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Kalau pelebaran jalan tidak mungkin, bagaimana jika titik pemberhentiannya yang dipindah? Hehehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener juga ya. Hmm, pindah kemana ya ???
      Tapi emang betul, haltenya yang dpindah tuh.

      Hapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6