Negara Melawan Kelompok Separatis Bersenjata

Awal Desember ini Indonesia kembali berduka atas aksi teror terhadap pekerja proyek trans Papua. Aksi teror ini dilakukan dengan mengeksekusi beberapa pekerja proyek oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), begitu pemerintah menyebutnya. Namun saya lebih suka menyebut mereka Kelompok Separatis Bersenjata (KSB).

Aksi kriminal kan biasanya atas dasar ekonomi, memang ada aksi kekerasan juga yang bisa berujung maut pada korbannya, tapi jumlahnya tidak banyak. Sedangkan yang terjadi di Papua laim cerita, lebih kepada pembantaian, meskipun mereka mengakui sebagai penyerangan.

Motif dan alasan KSB melakukan ini belum jelas, yang pasti adalah menujukan eksistensi mereka pada pemerintah Indonesia atas keinginan mereka memisahkan diri dari NKRI. Kronologisnya pun beragam, dari katanya ada pekerja yang melihat seremoni perayaan hari kemerdekaan OPM kemudian mendokumentasikannya lalu mereka yang tidak senang melakukan penangkapan oleh KSB ini, buntut pembuktian atas ancaman KSB sebelumnya, karena karyawan proyek yang menolak libur dihari kemerdekaan OPM dan banyak alasan lain yang belum jelas.

Biasanya, jika kasusnya terjadi di daerah lain di Indonesia selain Papua, media itu bisa cepat sekali menggali informasi, membuka tabir motif sesungguhnya. Namun di Papua, media sepertinya 'takut'. Banyak pertimbangan, karena memang Papua sulit terjangkau. Inilah ketertinggalan Papua dari daerah lain, ketimpangan pembangunan yang selama ini tidak pernah diperhatikan pemimpin Indonesia, baik dari anak mantan presiden hingga mantan militer. Semuanya takut membangun Papua.

Baru saat sekarang ini saja, dibawah rezim yang baru, Papua diperhatikan, dimulai dengan pembangunan infrastruktur dan akses keseimbangan harga komoditas primer, serta pengambil alihan sharing saham atas hak kelola tambang terbesar di sana.

Namun begitu, kekecewaan atas ketidakadilan yang sudah mendarah daging menjadi api dalam sekam. Niat untuk memisahkan diri nampaknya sudah bulat dibeberapa kalangan ekstrimis, usaha mereka yang paling mudah adalah teror kekerasan bersenjata.

Negara harus tegas dan terukur menghadapi kelompok ini, dan jangan dipelihara, kelompok ini seperti kanker yang menggerogoti keutuhan NKRI itu sendiri. Penanganannya harus simultan, pemerintah harus terus memperjuangkan keadilan nyata di Papua, pembangunan fisik dan non fisik perlu dilakukan masif, Papua itu tertinggal dan harus mengejar ketertinggalannya, tugas negara, tidak hanya retorika belaka seperti kubu sebelah, tapi aksi nyata. Memang saat ini sudah dilakukan dan harus terus dilakukan.

Disamping pembangunan dilakukan masif, KSB ini harus ditumpas hingga akar, karena kalau tidak mereka ini bak api dalam sekam, bak api dibalik lahan gambut, meski tak membakar, asapnya pasti mengganggu, baru asap belum apinya jika membesar. Tumpas semuanya, jangan sisakan. TNI dan Polri saya rasa mampu, kekuatan mereka pasti bisa mengatasi ini. Lakukan hal yang sama seperti menumpas teroris. Memang, medannya berbeda, tapi ini memang tantangan.

Masalahnya, jika tak ditumpas habis. Jika Papua nanti sudah jauh lebih baik, mereka ini akan menjalankan politik diplomasi yang justru akan merusak pola pikir masyarakat di sana. Kita harus menyadari karakteristik orang Indonesia itu mudah diadudomba, apalagi karakter manusia Indonesia ini berbeda dari Sabang hingga Marauke, orang Papua pun sama. Jadi, ini yang patut diwaspadai. Pangkas dulu otaknya, pentolan utamanya tumpas, pengikutnya akan tercerai berai. Belajar dari kasus selama ini, ekstrimis baru, masih bergantung pada segelintir pemimpin, karena masih baru, efek cuci otak mereka belum masif, jadi saat itulah waktu yang tepat "tebang" pimpinannya.

Soal HAM, letakan di tempat yang aman, soal aksi ekstrimis, kekerasan dan teror tidak ada HAM di sana, penanganannya pun khusus. Kalau buat saya, tidak ada HAM bagi mereka. Kecuali mereka melakukannya dengan cara terpuji, HAM layak bagi mereka yang juga menjunjung HAM.

Ya semoga intelejen TNI dan Polri bisa bergerak memadamkan 'api' di sana, dan menumpas sumbernya. Sementara TNI dan Polri berjuang mengatasi kestabilan keamanan, pemerintah dan jajaran kementriannya juga berjuang membangun Papua lebih baik. Hanya ini solusi terbaik meratakan pembangunan.

Untuk saat ini hanya Jokowi yang mampu, semoga beliau bisa lakukan ini. Sejauh ini hanya beliau tokoh yang punya pemikiran nyata membangun Indonesia tidak lagi ke Barat yang sudah maju, tapi dari sisi terluar dimana Indonesia yang belum maju. Dimana saat ini stok pemimpin yang ada, masih dengan pola pikir membangun dari tengah dan membangun asetnya sendiri, Jokowi punya cara berbeda membangun dari sisi terluar, dengan tetap menyeimbangkan yang sudah ada.

Pemerataan pembangunan bukan saja untuk Papua, tapi daerah lain yang masih tertinggal. Intinya ya pembangunan berkeadilan lah. Yang sudah merasa maju, ya mbok sadar diri, berbagilah dengan warga Indonesia lain di sisi terluar yang belum dapat akses yang sama seperti di kota. Kadang saya masih heran dengan pemikiran sempit kubu sebelah, membangun sisi terluar adalah pencitraan. Justru apa yang sudah mereka buat untuk mereka di sisi terluar? Tidak ada selain komentar negatif.

Saya bukan orang Papua, tapi saya percaya, masalah di Indonesia adalah ketidakadilan dan pemerataan pembangunan, jika itu bisa dilakukan masif dan nyata tidak sekedar retorika saat kampanye, Indonesia bisa maju, tidak ada lagi yang ribut memisahkan diri. Pemikiran memisahkan diri lahir dari pikiran mereka yang ingin hidup enak menjadi pejabat di negeri yang diciptakannya. Itu sifat dasar manusia, gak heran. Setelahnya apakah bisa maju? Saya tidak yakin dengan itu. Sangat sedikit mereka yang punya konsen membangun untuk orang lain, semua kembali ke ego orang per orang.

Semoga aksi teror ini jadi alasan untuk membangun Papua lebih baik supaya tidak ada lagi aksi kekerasan yang mengatasnamakan keadilan, demi mencari kemerdekaan dari sebuah negara yang berdauluat. Bantai separatis hingga habis!!! Hidup NKRI, TNI dan Polri, serta Pakde Jokowi, jangan kecewakan warga Papua yang cinta NKRI! -cpr-

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Bahkan sampai sekarang masih berulah, beberapa waktu lalu OPM ini menculik pilot Susi Air, dan masih terculik sampai sekarang. Meresahkan memang beberapa tahun belakangan, apalagi ketika asing seperti mendukung mereka dari belakang. Sparatis seperti ini harus diberangus, soalnya meresahkan!

    BalasHapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6