Nasi Goreng Langgananku Sejak Tinggal di Depok

Saya mulai menginjakan kaki di Depok sejak tahun 2010, meski tidak langsung menetap saat itu, sesekali masih pulang pergi ke kota asal. Sebelumnya, pertama kali ke Depok itu tahun 2004, saat trip touring ke Jakarta, awal saya kuliah. Touring dari Purwokerto hingga Jakarta, itu pengalaman touring pertama saya.

Seiring tahun saya akhirnya mulai menetap di kota ini, ya meski masih tinggal di hunian sewa ala-ala mahasiswa lah.

Urusan makan sehari-hari karena saya ini masih berstatus tidak tetap, mau tidak mau urusan makan itu juga tidak tetap, bahasanya masih beli jadi. Sasarannya ya warung tegal, warung kopi, warung padang, tukang nasi goreng, tukang mie ayam, mentok-mentok lagi ada duit ya cari restoran atau resto cepat saji.


Omong-omong soal tukang nasi goreng, saya punya satu langganan. Ya kalau cari nasi goreng saya pasti ke sini. Kalau soal rasa, menurut saya ya biasa saja. Hanya saja, yang membuat saya tetap kembali ke tukang nasi goreng ini adalah rasanya mirip dengan tukang nasi goreng yang saya suka beli di kota asal saya.

Lokasi berjualannya itu di Jalan Margonda, patokannya tidak jauh dari Ayam Bakar Christina, dia menempati halaman parkir di depan Toko Bangunan (dulu), satu halaman parkir dengan Pizza Panties (saat ini), Sevel Margonda (dulu) kini sudah berganti dengan Apotek.

Dulu gerobaknya jualannya tenda plus ada mejanya. Kalau sekarang sih, gerobak, tenda dan kursi saja, pelanggannya ya sitdown party gitu deh. Duduk makan tanpa meja.


Kalau dulu masih ada space "bebas", karena dulu Jalan Margonda belum tertata. Sejak proyek pedestrian dan gorong-gorong dilakukan dan selesai, pedagang yang jualan di tepi jalan wajib waspada, salah-salah jualan di atas trotoar bisa kena garuk petugas pamong praja yang terkadang malam hari suka melakukan inspeksi dan razia. Ditambah lagi, kalau masih pakai meja, repot menyimpan mejanya dimana, kalau dibawa-bawa pun repot sendiri, jadi cari simpel saja.

Oh iya, kalau ditanya nama abang penjualnya siapa, saya tidak tahu, lupa. Saya sih kalau manggil ya kadang abang, mas, atau pak. Itu juga kalau gak tau momennya kapan dipanggil abang, mas atau pak. Mau tanya lagi malu, sering makan koq gak tau atau lupa nama yang jualan. Jadi, ya saya abaikan saja, toh kalau beli gak diminta sebutkan pasword nama penjualnya juga kan.

Di gerobak nasi goreng ini menjual nasi goreng, bak mi goreng, bak mie kuah. Hanya itu saja sih menu yang dijual. Spesialisasinya hanya nasi goreng dan menu standar abang-abang gerobak nasi goreng keliling itu lho.


Kembali kesoal selera, saya beberapa kali mengajak partner atau teman makan dinasi goreng ini, komentarnya sih ya biasa saja dan ketika diajak lagi responnya kurang gimana gitu. Padahal, saya kalau mau makan nasi goreng, yang cocok dengan lidah saya ya di sini, meski ketika kepentok harus makan nasi goreng lain tetap saya makan. Cuma kalau suruh milih, saya akan pergi ke sini.

Jadi, mau bagaimana juga, kalau cari nasi goreng saya akan pergi ke sini. Mencari saya akan mudah, ketika Depok yang begini luas, kalau ditanya, "Itu coper lagi keluar makan nasi goreng." "Nasi goreng mana?" Tidak perlu repot, saya pasti ada di sana.

Segini dulu deh catatan saya tentang gerobak nasi goreng langganan saya. Hasil searching diblog saya, sepertinya saya belum pernah mencatatkan tentang hal ini. Jadi, semoga catatan ini berfaedah. Buat orang Depok, yang tahu dan pernah makan di sini, coba sharing, siapa tahu punya testimoni berbeda, entah suka atau tidak suka.

Sampai jumpa di jalan-jalan makan untuk catatan kali ini, sampai jumpa lain waktu. -cpr- 

Posting Komentar

1 Komentar

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6