Ketika Orang Tua Lebih Sayang pada Smartphonenya

Saat ini merupakan masa dimana teknologi sedang terus tumbuh, semua orang tidak bisa lepas dari gadget. Yang paling jelas adalah smartphone. Hampir semua orang saat ini tidak bisa jauh dari smartphonenya, baik tua, muda, kakek, nenek. Smartphone mungkin bisa dikatakan 'teman hidup'. Smartphone sepertinya bisa memberikan segalanya.

Saya pun termasuk didalamnya, saya menyadari ketergantungan terhadap smartphone sudah sangat kuat. Bisa dikatakan, bahwa dia teman hidup saat ini. Maklum saja, kebahagiaan sederhana datang darinya. Seperti mendengarkan musik, baca berita, menulis blog, komunikasi dengan teman-teman yang jauh, berfoto, bervideo, menonton, call, video call.

Tapi akhirnya saya dibuat terenyuh setelah melihat video pendek di IG, dichannel @almadechristo212_. Dikisahkan ada seorang anak perempuan kecil sedang bersama ayah bundanya. Divideo itu ditampilkan sang anak sedang murung sambil melakukan sesuatu, sedangkan ayah dan bundanya sibuk dengan smartphonenya. Kemurungan si anak ini ternyata ada sebabnya. Dia merasa 'sendiri' ketika bersama kedua orang tuanya.



Orang tua merasa tidak cuekin anaknya, mereka tetap mengajak bicara tapi hanya ucapan formalitas, dimana bukan pembicaraan personal, karena mulut berkata tapi mata dan pikiran asyik dengan smartphonenya masing-masing. Sampai pada pertanyaan, "Ralia, mau jadi apa?". Dengan spontan si anak menjawab, "Mau jadi hp."

Jawaban itu sangat sederhana, butuh hati yang lapang dan sensitif untuk memahami apa maksud dari kalimat sangat sederhana itu. Bahkan hanya sedikit yang memahami dengan baik, sisanya mereka menganggap sebuah jawaban 'lucu' dari anak mereka yang perlu dibanggakan.

Jika dipahami lebih lanjut, kata-kata si anak itu merupakan ungkapan hatinya yang merasa diduakan oleh barang. Tidak adanya perhatian pada dirinya, dirinya merasa tidak lagi dianggap penting. Ini bahaya loh! Setidaknya itu yang saya sering dengar dari pakar-pakar parenting masa kini, mengingat dampak dan efeknya terhadap pertumbuhan mental dan pribadi anak.

Cuplikan video di atas bisa jadi bahan perenungan semua orang tua dan calon orang tua, termasuk saya jika ..., supaya lebih peka dan sayang pada anak, dengan nyata atau diwujudkan, tidak memberikan kebahagian dan rasa sayang, cinta yang fana. Tapi lebih pada perhatian dan interaksi nyata antara anak dan orang tua. Saya rasa itu lebih baik, memberikan kesan positif pada anak. -cpr-


Posting Komentar

0 Komentar