Bencana Merupakan Puzzle Akhir Jaman

Bencana alam tidak pernah diduga kapan datangnya, tapi semua yakin bahwa akan terjadi. Tidak ada yang pernah luput dari namanya bencana. Sama seperti akhir jaman, semua tahu dia akan datang, tapi kapan, tidak ada yang pernah tahu kapan.

Banyak kitab mengisahkan dan mengambarkan seperti apa akhir jaman. Bahkan Hollywood industri film terbesar di dunia pun sudah menggambarkannya dengan cukup detail, plus imajinasi dan fantasinya menghadapi itu semua dengan mengandalkan kemampuan manusia, teknologi dan sumber daya yang ada.

Itu gambaran, lalu bagaimana dengan realita atau kenyataannya nanti? Bagaimana kita akan menyikapinya jika waktunya itu tiba?

Setiap tahun, tiap periode waktu yang kita lewati, tak pernah kita luput dari bencana, baik bencana alam atau bencana karena ulah manusia itu sendiri. Semua bencana memberikan kedukaan, kesedihan, kerugian baik materiil maupun non materiil. Meski begitu, ada kelompok lain yang menggunakan bencana sebagai legitimasi atas penindasan terhadap 'kaumnya'. Dan itu disampaikan dimuka umum sebagai pembenar atas ketertindasan yang mereka alami, bencana adalah hukuman kontan, ujar mereka. Siapa mereka? Semua tahu itu, seberapa panjang otak mereka berpikir.

Bencana merupakan puzzle dari akhir jaman, yang disebarkan setiap saat tanpa tahu kapan disebarkan. Puzzle-puzzle itu tersebar hingga akhirnya nanti, kita bisa susun jadi satu kesatuan yang utuh. Kita tahu, seberapa besar si potongan atau puzzle yang merupakan penyusun dari sebuah gambar atau bentuk? Hanya kecil saja, namun puzzle itu cukup berarti.

Betapa luar biasanya bencana yang kita hadapi saat ini diibaratkan sebuah puzzle kecil, namun dampaknya luar biasa terhadap kehidupan manusia. Itu baru potongan-potongan kecil, lalu bagaimana jika gambarannya telah utuh? Sudahkah kita siap menghadapi itu?

Gunung meletus, gempa bumi, tsunami, hujan asteroid atau benda langit lainnya, pemanasan global, longsor, perubahan iklim yang ekstrim dan bencana alam lainnya yang tidak pernah bisa diprediksi kapan pasti terjadinya pernah terjadi. Hanya saja, apakah kita alami atau tidak, kan kembali ke generasi kapan kita lahir dan hidup.

Saya pribadi bersyukur, belum pernah mengalami bencana-bencana berat itu. Saya hanya bisa melihat dari video langsung ketika bencana terjadi. Gambaran kejadian, kepanikan dan kekacauan yang terjadi ketika peristiwa bencana terjadi bisa jadi bahan instropeksi diri.

Meski begitu bukan berarti saya belum pernah merasakan sensasi bencana itu. Gempa bumi saya pernah rasakan, di Maumere, NTT ketika tahun 1994, setelah NTT diguncang gempa dan tsunami dulu. Gempa bumi Jogja, ketika saya berkuliah di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, meski bukan daerah terdampak langsung, tapi sensasi goyangan bisa saya rasakan. Di Cirebon, getaran lindu, akibat pergeseran atau penurunan tanah di perut bumi. Baru saja dini hari tadi, di Cirebon mengalami lindu, entah dimana pusatnya, tapi sebagian masyarakat mengalaminya.

Yang saya alami tidak seberapa. Tapi dari bencana yang terjadi di sekitar saya, saya bisa mengambil banyak pelajaran, sekaligus 'merasakan' betapa mengerikan ketika bencana-bencana itu terjadi.

Tsunami Aceh, yang terjadi diakhir pekan, selepas perayaan Natal memberikan kabar yang tak gembira saat itu. Getaran gempa yang disusul sapuan tsunami meluluhlantahkan semuanya di Aceh. Video keganasan bencana alam itu sungguh mengerikan.




Yang terbaru adalah gempa yang mengguncang Palu, Donggala dan sekitarnya. Ditambah lagi tsunami yang menyapu pesisir Palu. Dimana ketika setelah gempa, jalanan terdampak dengan reruntuhan bangunan. Ada beberapa mobil di pesisir yang masih terjebak, selang tak lama gelombang pasang menyapu semua tepi pantai. Saya membayangkan, bagaimana mereka yang berada di dalam mobil-mobil itu? Belum lagi video warga yang merekam kejadian ketika tanah atau bumi yang dipijak bergerak secara nyata dari titik satu ke titik lain, merobohkan bangunan-bangunan, pepohonan, tiang-tiang listrik. Sungguh luar biasa tanah yang keras, yang biasa dipijak bergerak secara horizontal. Dan setelahnya, tampak kerusakan yang terjadi, seperti tanah yang seusai diaduk alat bajak raksasa. Sungguh luar biasa melihat fenomena alam seperti ini.





Hal yang mengerikan adalah kisah penduduk setempat yang bersaksi ketika kampungnya ditelan lumpur yang keluar dari perut bumi. Bumi yang tadinya datar, layak dipijak, berubah seketika menjadi bergelombang dan bergeser, rekahan-rekahan akibat getaran gempa kemudian keluar lumpur bergerak yang akhirnya mampu menggulung satu desa seketika. Mungkin inilah kisah nyata dari desa yang tiba-tiba tertelan bumi, peristiwa seperti inilah yang terjadi. Bahkan ada saksi yang melihat ibu-ibu yang tertelan lumpur hingga tersisa kepalanya saja. Bisa dibayangkan betapa kuat tekanan dari pergeseran dan pergerakan tanah saat itu.

Saya sendiri sering membayangkan diri saya sendiri ada dikondisi seperti itu. Biasanya saya membayangkan ketika saya hendak tidur, berharap saya bisa dibawa merasakan kengerian bencana dialam mimpi. Biasanya saya sering berimajinasi seperti itu ketika saya sedang bepergian keluar kota dengan kendaraan umum, bis atau kereta atau bahkan pesawat, imajinasi saya bermain mengkondisikan jika bencana terjadi.

Malah terkadang, saya sering terpikir, apa yang terjadi jika sedang enak-enaknya tidur, tiba-tiba ada gempa, merubuhkan bangunan dimana saya tinggal ini atau bencana kebakaran yang diakibatkan gagal elektrik atau ulah penghuni kos. Kalau bencana alam, yang pasti mungkin adalah gempa bumi yang mungkin terjadi di sini, hanya itu yang mungkin. Meskipun tidak ada yang tidak mungkin bagi takdir. Tapi logika masih bisa menjawab itu. Pertanyaannya, jika itu nyata, saya jadi korban hidup atau selamat?

Bermain dikenyataan memang pahit adanya. Untuk itu, saya lebih senang bermain imajinasi, ketika bencana terjadi seketika. Meskipun bagi kebanyakan orang dan saya sendiri menilai mimpi seperti itu adalah mimpi buruk, tapi saya bisa menikmati itu semua. Terutama sebagai penghantar saya menuju alam mimpi.

Semoga, bangsa Indonesia dari Sabang dampai Marauke selalu siap menghadapi apapun situasi tersulit sekalipun yang diakibatkan oleh bencana alam yang tak terduga. Semoga bagi para korban bencana alam, mampu melewati semua masalahnya dan kembali recovery. Bagi pemerintah, semoga ada solusi terbaik yang baik untuk mengembalikan warganya pasca bencana.

Harapannya, dengan terbiasanya menemukan puzzle akhir jaman, setidaknya jadi lebih terbiasa menghadapi bencana. Kita bisa belajar dari Jepang, yang mana warganya sudah tanggap bencana. Bangsa kita masih jauh dari itu, bahkan bangsa kita itu tega menyengsarakan bangsanya sendiri dengan cara merusak bahkan mencuri aset negara early warning sistem kebencanaan, mengkorupsi dana bantuan bencana, berkomentar miring seakan-akan bencana dikirim untuk menghukum atas penzoliman kelompok tertentu, melakukan penipuan mengatasnamakan bencana dll. Banyak perilaku bangsa kita yang tidak pantas.

Selamat menunggu waktunya nanti, ketika semua puzzle tersusun dan pada waktunya kita siap menghadapi akhirnya. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar