Stigmata dalam Iman Kristiani

Bagi penganut Katolik, pasti pernah dengar apa itu stigmata. Bagi yang awam, pasti hanya tau kata 'stigma' yang sering diartikan tanda, menandai atau penstampelan. Biasa kalau dikalimat-kalimat berita, kata ini sering dipakai. Nah, lalu bagaimana dengan stigmata?

Sebenarnya sama saja, masih berasal dari kata yang sama, sitgma itu sendiri yang berarti tanda. Stigmata juga merupakan tanda. Stigmata berasal dari bahasa Yunani, yang berarti tanda atau bercak. Istilah ini berasal dari tanda-tanda yang dimiliki seseorang pada tubuhnya (bekas bakaran atau torehan) yang menandakan bahwa orang tersebut adalah budak, penjahat atau pengkhianat. Orang-orang tersebut 'ditandai' untuk membedakan dengan orang lainnya supaya dihindari.

Berbeda dengan pengertian atau pemahaman stigmata tadi, gereja Katolik menganggap stigmata merupakan tanda dari Tuhan dan acuan medis yang muncul akibat adanya cacat fisik. Menurut gereja, stigmata oleh karena tanda dari Tuhan merupakan tanda dari luka-luka Yesus yang tersalib, yang muncul secara tiba-tiba pada tubuh seseorang.

Ilustrasi

Tanda-tanda itu meliputi luka pada tangan dan kaki, luka bekas tusukan tombak di lambung, luka di kepala akibat tusukan duri-duri, luka bilur-bilur di sekujur tubuh akibat penderaan selama kisah sengsara.

Penerima stigmata ini dapat menerima salah satu tanda-tanda tadi, atau bisa semua tanda yang tersebut di atas. Dapat juga terlihat secara fisik nyata atau pun tidak, efek lukanya bisa permanen dan bisa hanya sementara waktu saja. Meski begitu, gereja Katolik sangat berhati-hati dalam memastikan atau memutuskan apakah seseorang menerima stigmata karena tanda dari Tuhan atau bukan. Karena, dalam perjalanannya, luka-luka sitgmata ini bisa muncul akibat pengaruh propaganda iblis atau setan.

Stigmata yang merupakan tanda dari Tuhan muncul dibagian yang memang terjadi pada luka-luka Kristus tersalib. Kemudian, darah yang keluar dari bagian-bagian yang terluka itu keluar pada saat-saat tertentu saja, saat dimana hari kisah sengsara Kristus, dimulai sejak Kamis, Jumat Agung, hingga bahkan sampai Sabtu. Darah yang mengucur dari luka-luka itu merupakan darah murni, yang bersih, dapat muncul dalam jumlah besar atau kecil. Penerima stigmata ini bahkan bisa merasakan sakit akibat siksaan yang dirasakan dari luka-luka tersebut.

Stigmata yang merupakan tanda dari Tuhan dan diakui oleh gereja tercatat pernah dialami St. Fransiskus dari Asisi (1181-1226), merupakan stigmata yang pertama kali diakui gereja Katolik; selanjutnya ada St. Katarina dari Sienna (1347-1380) yang menerima stigmata yang tak tampak; kemudian ada St. Padre Pio dari Pietrelcina (1887-1968), yang pada awalnya gereja meragukannya namun pada akhirnya akibat penyelidikan lebih lanjut dinyatakan mengalami stigmata yang benar tanda dari Tuhan.

Penerima anugerah stigmata umumnya dialami oleh kalangan biarawan/ biarawati Katolik seperti The Blessed Lucia Brocadelli, O.S.D dari Narni (1476-1544), St. Gemma Galgani (1878-1903), St. Katarina dari Ricci (1522-1590), St. Veronica Guiliani (1660-1727), St. Faustina Kowalska (1905-1938), St. Rita of Cascia (1381-1457), Fra. Elia degli Apostoli di Dio.

Selain itu dunia mencatat ada orang-orang lain yang tercatat pernah mengalami stigmata ini seperti Theresia Neuman (1898-1962), Marie Rose Ferron (1902-1936), Enza Milano, Mary Elen Lukas, Myrna Nazzour.

Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, tidak semua kejadian stigmata yang mencuat ke publik diakui gereja secara resmi. Gereja perlu waktu yang panjang untuk memastikannya.

Tidak semua orang mempercayai hal ini. Terutama mereka yang tidak meyakini dan mereka yang percaya pada dalil yang sudah "dicreated" setelahnya. Sebenarnya sama saja, sikap skeptis memang lahir dari ketidakpercayaan, dan saya pun seperti itu pada keyakinan yang lain (dengan catatan ya, tidak semua keyakinan mereka saya abaikan, saya masih objektif dibandingkan mereka), jadi wajar.

Meski saya meyakini, memang selalu ada pertanyaan dalam benak, kenapa anugerah ini datang pada mereka yang ada di benur biru (baca: Eropa)? Adakah hal serupa dialami mereka yang berada di negara lain? Masa, apa karena penghayatan akan kisah sengsara yang rendah yang membuat anugerah itu tidak datang ke daerah di luar Eropa? Ya, itu salah satu bentuk pikiran skeptis. Jawabannya, saya belum tahu untuk hal ini. Jika saya sudah mendapatkannya, akan saya tambahkan pada catatan yang lain atau di kolom komentar.

Sekian dulu catatan saya tentang stigmata, peristiwa yang unik dan mistik yang terjadi pada pengalaman iman kita akan Kristus. Semoga bisa jadi bahan renungan akan kebaikan Tuhan pada kita manusia yang selalu lekat dengan dosa. Karena peristiwa Nya inilah kembali kita selalu diingatkan untuk bertobat. Amin. -cpr-

Posting Komentar

4 Komentar

  1. Klo penerima stignat naru baru ini ada ndak mas? Penerima yg disebutkan tahunnya sudah lama sekali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada itu namanya kalau tidak salah Fra. Elia degli Apostoli di Dio. Tinggal di Italia. Tapi memang tidak diekspos secara bagaimana, karena kebiasaan mengajarkan, percaya dengan iman. Bukan karena melihat baru percaya. Jadi tidak dikondisikan untuk diviralkan, hanya untuk informasi kalangan sendiri sepertinya.

      Berbeda dengan case umum yang lain ketika 'aneh' mudah viralnya.

      Sy bru tw stlh mencari tw informasi soal ini malah.

      Hapus
  2. Apa makna stigmata ini bagi umat katolik Pater, mohon penjelasanya...?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makna stigmata kalau buat saya pribadi melihatnya sebagai anugerah, bisa merasakan apa yang Kristus alami. Ketika Dia tanpa dosa mengalami itu semua, lalu jika kita yang mengalami kesakitan itu pantaskah kita? Pantas.

      Jadikan itu sebagai bahan relfeksi diri ;)

      Hapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6