Angin Kemarau Menemani Hari-hari Menjelang Akhir Tahun

Memasuki September 2018 ini katanya sih sudah masuk musim kemarau, panasnya siang itu ya lumayan terik. Padahal sih, tidak kemarau saja, siang memang sudah sangat terik. Meski katanya sudah memasuki kemarau, masih beberapa waktu lalu, hujan masih datang.

Ciri khas musim kemarau itu banyak angin, agak dingin sih, tapi kadang juga kering. Jadi peer kalau mandi pagi, habis kena air, terus diterpa angin, wuis, berrr, dingin coy. Maklum, kamar mandinya kan eksternal.

Katanya sih, kalau lagi kemarau begini, kalau naik gunung itu makin berasa dingin, dibandingkan ketika musim penghujan. Tapi saya juga baru katanya, karena belum pernah juga naik gunung.

Tapi, saya rasakan, angin seperti ini membawa saya seperti sedang berada di tepi dermaga atau pesisir laut. Kalau saya pejamkan mata, imajinasi saya terbawa seperti saya sedang ada di pesisir Cilacap, atau di Pemalang, Cirebon. Yang membedakan hanya tidak ada aroma amis biota laut saja.

Suasana ini saya rasakan ketika pagi dan sore, sambil menunggu bis di halte elevated, jadi dapat anginnya optimal. Beginilah yang buat imajinasi berusaha membayar rasa rindu pada sesuatu.

Mungkin saja saya masih kangen sama laut, I miss sea. Rencana untuk ke pesisir barat pulau Jawa mesti harus tertunda.

Rencana di akhir pekan pertengahan September ini saya ada rencana trip pulang. Ya mungkin bisa sedikit mengobati kangen laut ini. Mudah-mudahan semua terkendali sesuai rencana.

Yang pasti, angin kemarau akan menemani perjalanan saya nanti. Juga angin kemarau akan jadi teman mengantar menuju penghujung tahun 2018. Ya semoga bukan kabar angin yang berhembus, bukan kabar-kabar kurang mengenakan yang sampai ke telinga. Mengingat, waktu itu juga akan tiba, saya yakin itu. Welcome kemarau, semoga betah melintas tanah dimana saya berpijak ini. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar