Maju Kena Mundur Kena: Realita Box Tiket Asian Games Jakarta 2018

Pembangunan tanpa rencana memang membuat siapapun yang mengerjakannya akan salah fokus, apalagi kalau sudah jadi, terutama bagi penggunanya. Pasti akan bertanya-tanya, maksud dari apa yang sudah dibuat tersebut.

Ilustrasi

Proyek infrastruktur demi memperindah kota demi persiapan perhelatan Asian Games memang sudah berlangsung lama. Sudah pasti perencanaan dan persiapan dilakukan dengan matang, namun pada kenyataan di lapangan mungkin saja ada hal kecil yang luput dari perhatian.

Tapi tidak baik juga mengabaikan hal kecil, karena ujungnya bisa terkesan memalukan, apalagi ketika sesuatu disiapkan demi menyambut tamu dari luar negeri.

Tahukan foto yang viral tentang pedestrian di Jakarta, yang kini dibuat dengan dimensi lebih luas demi memanjakan pengguna jalan lain selain kendaraan bermotor seperti pejalan kaki, pengguna sepeda dan penyandang disabilitas.

Misinya memang baik, sungguh mulia pada awalnya. Namun pada pelaksanaannya dan realita di lapangan, malah menjadi gagal fokus, gagal paham, unik dan aneh.

Perhatikan foto di bawah ini, nampak pedestrian baru yang lebih luas, dihiasi taman. Namun perhatikan hal aneh, di sana ada spot perhentian bus. Namun aneh, lalu bagaimana si penumpang turun menuju pedestrian jika terhalang oleh taman. Menginjak rumput atau tidak bisa turun sama sekali? Mau naik bus pun jadi PEER tersendiri, injak rumput atau tidak naik sama sekali. Maju kena, mundur ketinggalan bus atau maju kena mundur masuk lagi ke dalam bus.

Ilustrasi

Ilustrasi

Anggap saja berpikir positif, bahwa stone trap belum terpasang di lokasi taman dimana spot pemberhentian bus tersebut. Tapi seharusnya logika sih, sebelumnya hal itu harusnya sudah disiapkan terlebih dulu.

Lanjut lagi, lihat foto yang viral lainnya di bawah ini. Pedestrian baru sekarang dibuat agar lebih memfasilitasi pengguna sepeda, dengan adanya jalur berwarna hijau. Namun, perhatikan yang aneh, ada tiang menjulang merintangi jalur sepeda. Kembali kita dibuat gagal fokus. Mungkin pengguna sepeda harus 'melawan kenyataan'. Atau kita diajak berpikir positif, supaya menjadi atlet sepeda handal, dalam kehidupan sehari-hari bersepeda perlu disediakan haral rintang.

Ilustrasi
Ilustrasi
Ilustrasi
Ilustrasi

Kalau begitu, maju kena mundur geleng-geleng ngelus dada. Koq ada ya jalur sepeda yang begitu menyulitkan serasa di acara 'benteng takeshi'.

Anggap saja, tiang ini menjadi pekerjaan terakhir setelah pedestrian rapih dicat dulu baru nanti dipindahkan. Dan memang begitu, setelah lebih dulu viral jadi bahan cemooh, tiang tersebut dipindahkan. Bukan hanya tiang, box tiket atau perintang lainnya digeser atau dipindahkan.

Ada lagi yang membuat gagal paham, dari kesemuanya ini yang membuat saya terpingkal. Masih berhubungan dengan foto sebelumnya. Selain halangan tiang, ada sebuah box kontainer besar yang juga menghalangi di jalur sepeda itu.

Ilustrasi

Oke, sama yang berwenang akhirnya dipindahkan dong. Harapannya dengan dipindah masalah selesai, cemoohan clear. Tapi ada lagi yang buat ngelus dada. Eh itu box kontainer digeser ke sisi lain yang menutupi garis kuning tanda untuk penyandang disabilitas melintas.

Ilustrasi

Oh Tuhan, tega benar perencana proyek ini mencobai manusia, setelah manusia normal dicobai, kini mereka yang berkebutuhan khusus pun dicobai. Rasanya ingin tertawa tapi bagaimana. Ya box kontainer besar itu digeser hingga menutupi jalur khusus penyandang disabilitas.

Nasib box kontainer ini benar-benar maju kena mundur pun kena. Nah kita yang nonton dagelan ini hanya bisa menahan tawa dengan senyum sambil ngelus dada.

Akhirnya, lagi-lagi mereka yang tak sepaham dengan pemimpinnya automaticly berkata, beginilah Jakarta yang autopilot, gabener yang bawa ya begini. Padahal bukan salah beliau juga, tapi ya ketika kata-kata lebih indah dari kata kita-kita di lapangan, beginilah. Meski tidak ada gading yang tak retak, tapi tidak harus 'remuk' begini juga.

Kira-kira dimanakah box kontainer itu akan ditempatkan? Semoga apa yang terjawab dalam hati bisa terwujud di lapangan nanti.

Sebuah kisah maju mundur kena di ibukota, ketika semua pihak bersiap menyambut perhelatan besar di negeri ini. -cpr-

Posting Komentar

0 Komentar