Perlukah Mempertemukan JKW dan AR?

Pertemuan tokoh-tokoh politik ditengah memanasnya suhu politik menuju tahun politik jadi sangatlah penting, guna meredam panasnya perselisihan cuitan sana-sini tentang isu-isu masalah sosial masyarakat. Tapi sebenarnya, siapa dulu tokohnya? Berbobot atau tidak?

Seperti beberapa waktu lalu pertemuan antara Jokowi dan Prabowo, kemudian Jokowi dan Susilo Bambang Yudoyono, serta pertemuan-pertemuan tokoh politik lain di negeri ini, guna mengkonsolidasikan sesuatu yang positif atau meredam panasnya peta persaingan ditahun politik. Pertemuan-pertemuan itu baik adanya.

Nah yang lagi hangat saat ini adalah soal, perlukah Jokowi juga bertemu dengan dedengkot reformasi, si AR? Hmm, kalau saya pribadi si jawabannya tidak perlu, tidak ada pentingnya bertemu tong kosong nyaring bunyinya. Kita tahu beliau ini adalah salah satu tokoh reformis dulu dijamannya, yang tidak bisa menembus menjadi tokoh politik papan atas. Mencoba beberapa kali mencalonkan jadi orang nomor satu di negeri ini, namun tidak dilirik masyarakat. Jabatan tertingginya paling sebatas Ketua MPR yang menurut saya pribadi sih, "biasa" saja, nothing special seperti cuitannya selama ini. Ya bak "tong kosong nyaring bunyinya".

Kita semua tahulah sepak terjang beliau akhir-akhir ini, gosok sana, gosok sini demi kepentingan tertentu yang entah apa. Saya memang dibuat heran dengan tokoh satu itu, umur ya sudah berumur, namun tidak membuat dewasa cara berpikir dan bertindak dalam berpolitik di negeri ini. Tokoh-tokoh politik lain yang sama-sama senior sudah berpikir menjadi negarawan, beliau satu ini hanya begitu-begitu saja, sibuk "gosok sana, gosok sini".

Tapi begini, jika demi kepentingan bangsa, ya sah-sah saja sih mempertemukan keduanya. Entah apa sisi positifnya.

Saya mengibaratkan, pertemuan ini itu seperti pertemuan Pandawa dan Sengkuni. Pertemuan antara Yudhistira dengan Sengkuni, yang asyik mengompori para Kurawa untuk terus membenci para Pandawa.

Figur Sengkuni sangat bisa digambarkan dengan tokoh yang sedang saya bahas di sini. Apa sih yang biasa Sengkuni lakukan? Sengkuni selalu punya trik dan muslihat dengan berbagai cara untuk mengadu domba sana-sini demi kepentingannya, tanpa memikirkan bahwa Pandawa dan Kurawa adalah keponakannya. Semuanya demi ambisinya yang tak kunjung terwujud.

Jadi kalau memang pertemuan keduanya jadi dilakukan, ya anggap saja begitu, sebagai pertemuan Yudhistira dan Sengkuni, demi terciptanya kedamaian tanah Astinapura. Tapi jangan berharap ada nilai positif dari pertemuan keduanya, karena Yudhistira tetaplah yang tertua dari para Pandawa dan lambang kebajikan dan Sengkuni tetaplah Sengkuni, lambang kemunafikan manusia.

Buat Pakde JKW, tidak usah pasang telinga buat dengarkan ujaran-ujaran Sengkuni, lebih baik dengarkan kebutuhan rakyat, rakyat yang berteriak dengan kejujuran, bukan yang teriak karena digosok-gosok fitnah sana-sini oleh kemunafikan sosok Sengkuni. Maju terus Pakde!

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Berkembang informasi bahwa si AR ini mau bertemu dengan syarat. Hmm, saya rasa sih silahturahmi koq pake syarat, lebih baik tidak perlu lah diikuti. Percuma juga, tidak ada faedahnya.

    Ibarat kaya pertemuan antara Presiden Korut dan USA yang berakhir batal karena balelo dari USA nya. Tapi, pertemuan kedua kepala negara itu wajib perlu dilakukan, lebih berfaedah, jika dibandingkan mengusahakan pertemuan dengan AR.

    Masih lebih baik mempertemukan dengan SBY dan Prbwo, atau tokoh lain, drpd dengan AR, FZ, FH, RS atau tokoh lain bermulut sobek, karena tidak berfaedah sekali.

    BalasHapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6