Menanti #99 JL Berseragam Repsol Honda

Pada awalnya saya tidak begitu mengidolai rider bernomor motor #99 Jorge Lorenzo. Terutama ketika sejak persaingannya di MotoGP ketika melawan Casey Stoner, Hayden, Marc Marquez dan Pedrosa, bahkan Rossi.

Ya jujur saja, ketika disuruh memilih, saya lebih memilih beberapa rider tersebut di atas dibandingkan JL. Ya apalagi waktu JL berhasil merebut gelar juara dunianya dimusim 2015, ketika persaingan merebut gelar juara dunia diduga mendapat "bantuan", padahal memang tidak ada bukti sahih tentang itu.

Tapi sejak kepindahannya ke Ducati dimusim 2017 lalu, saya jadi agak mengamati progresnya di Ducati. Karena saya mau membandingkannya dengan Valentino Rossi ketika berseragam Ducati.

Progres JL bersama Ducati sebenarnya berjalan normal hanya berjalan lambat, adaptasinya terhadap motor pabrikan Italia ini berjalan lambat. Wajar sih sebenarnya, Dovisioso saja butuh waktu cukup lama untuk memahami motor ini, hingga mampu bersaing dengan Marc Marquez bersama Honda. Tapi karena JL adalah mantan juara dunia 3x, itu yang membuat ekspektasi orang jadi berbeda. Banyak kabar yang bilang, bahwa masukan JL untuk merubah Ducati sulit terpenuhi, sehingga Ducati jadi sulit mengikuti gaya balapnya, meskipun JL sudah mencoba merubah gaya balapnya mengikuti karakter motor.

Hasil yang tidak kunjung maksimal ini membuat Tim Ducati Corse gerah, harapan mendapatkan hasil maksimal dengan menggaet rider sekelas JL kandas. Meski begitu, JL berhasil meraih beberapa kali podium, meski bukan podium utama. Puncaknya adalah JL berhasil juara diseri Mugello, Italia dimusim 2018 ini. Hasil ini diperoleh setelah permintaannya terhadap tim mengubah model tangki Ducati GP18 sesuai keinginannya. Hasilnya, JL mendominasi seluruh race dengan leading in front selama race, dengan pilihan ban yang sebenarnya cukup riskan. Ini merupakan hasil terbaiknya sampai saat ini bersama Ducati, setidaknya melampaui apa yang diperoleh Rossi di Ducati dulu.

Rapor JL yang sudah merah sebelumnya, serta kesepakatan kontrak ke depan yang belum tersepakati membuat JL tidak punya harapan mengisi slot rider Ducati untuk musim 2019 ke depan. JL terancam terdepak dari Ducati.

Banyak tim yang mengincar tanda tangan JL. Yamaha bahkan bersedia menampung JL kembali, dengan menyiapkan tim satelit khusus. Suzuki pun dikabarkan berminat terhadap JL. Ternyata HRC pun berminat meminang JL setelah gagal meminang Zarco. HRC sendiri sudah memastikan tidak akan memperpanjang kontrak bersama Pedrosa, kalaupun memperpanjang kontrak paling hanya berdurasi setahun. Karena ada skenario lain, bahwa Marc Marquez merasa tandemnya dengan Pedrosa sudah pas, sambil menunggu kesiapan adiknya. Ya setidaknya begitu gosip yang berhembus.

Tapi ternyata, beberapa hari setelah race di Mugello, Italia lalu, tersiar kabar bahwa HRC berhasil meminang JL, JL akan berlabuh di Repsol Honda untuk musim 2019 - 2020. Kepindahan JL ini, cukup menarik perhatian saya, karena hampir semua rider yang masuk ke tim Repsol Honda selalu akan saya dukung. Maklum saya ini fans Repsol Honda sejak saya mengenal MotoGP.

Cukup exiting juga mendengar JL jadi bergabung bersama Repsol. Ya sama seperti exiting saya ketika dulu Rossi dan JL bergabung di Ducati. Pertanyaannya, sejauh mana kemampuan adaptasi mereka terhadap motor baru? Untuk JL, yang selama ini masih menganggap Yamaha M1 merupakan motor paling sempurna. Nah, bagaimana tanggapannya terhadap RC213V milik Honda? Sejauh ini Honda merupakan tim yang terdepan dalam riset. Jika saja regulasi soal ECU tidak digeneralisasi, RC213V bisa jadi motor yang oke. Karena sejauh ini, motor yang mampu menghadapi power Ducati adalah Honda.

Meski musim 2018 baru berjalan setengah musim, tapi saya sudah tidak sabar menanti JL berseragam baru, Repsol Honda. Harapan saya sih, sisa seri 2018 ini JL tetap bisa membawa podium buat Ducati, mengingat Ducati saat ini sudah kembali ke jalurnya, motor kelas pabrikan.

Semoga saja nanti di Repsol Honda tidak ada dua matahari kembar, Marc Marquez dan Jorge Lorenzo. Memang sulit memastikan hal ini, karena keduanya punya karakter berkebalikan untuk soal fighting di atas sirkuit. Memang Marc dan Dani juga begitu, tapi respon Dani lebih calm menghadapi intrik persaingan. Ya mudah-mudahan sih, persaingan mereka bisa sehat, siapa kuat dia pemenang. Harapan saya, Honda Repsol jadi tim terkuat, terus mengukir gelar bersama kedua ridernya dan tim satelitnya.

Sampai jumpa dimusim 2019, dengan wajah-wajah baru.cpr.

Posting Komentar

0 Komentar