Maraknya Ponsel Selundupan, Why Not?

Baca berita tentang pemusnahan ponsel-ponsel selundupan yang jumlahnya tidak sedikit rasanya eman-eman banget. Ponsel yang kebanyakan adalah unit baru, dihancurkan begitu saja, karena dianggap barang ilegal.

Kalau berpikir barang-barang itu narkotika atau miras oplosan, obat ilegal atau kosmetik ilegal, saya sih ikhlas-ikhlas saja, ya wong itu berbahaya jika dikonsumsi. Jadi, ya silakan saja dimusnahkan, justru malah bagus. Tapi ketika yang dimusnahkan itu ponsel unit baru, rasanya aduh eman banget lho.

Tapi, ya begitulah aturannya. Meski begitu, bukan rahasia lagi, ada beberapa unit yang dimanfaatkan dipergunakan mereka yang punya akses ke barang ilegal tersebut. Saya kira, beberapa gelintir petugas juga berpikir eman, karena wajar manusia-manusia ekonomi menengah ke bawah, pasti berpikir hal yang sama.

Menteri Telekomunikasi dan Informatika, Bpk. Rudiantara sempat berkomentar, intinya kurang baik apa pemerintah dalam mengakomodir industri ponsel untuk masuk ke Indonesia. Saya sih berkomentarnya begini, yang buat orang mencari barang selundupan karena ingin dapat margin lebih dari unit yang sama, maklum selisih harga ilegal dan legal cukup menggiurkan bagi penjual dan konsumen yang tidak memikirkan garansi purna jual.

Indikasinya sebenarnya mudah, Iphone dan Xiaomi merupakan merk dengan jumlah selundupan terbanyak. Why? Karena kualitas mereka teruji, konsumen yakin membeli produk tanpa garansi purna jual. Kehandalan unit tersebut jadi pembuktian secara tidak langsung. Kalau soal harga emang sedikit berbeda, Iphone memang dijual dengan harga relatif lebih mahal, jadi wajar jika banyak yang cari barang ilegalnya. Kalau Xiaomi, harga dijual sudah relatif murah namun masih banyak yang mencari ilegal karena unit yang dijual di dalam negeri tidak selengkap yang dijual di luar negeri. Itu kenapa banyak yang masih mencoba cari jalur ilegal untuk mendapatkan unit ponsel yang diinginkan. Menunggu unit resmi dijual di dalam negeri itu lama. Kalau bisa dapat cepat, murah untuk unit yang sama, why not?

Jadi, intinya ya, mau sampai kapan pun akan ada terus ponsel ilegal, selama kecepatan menghadirkan update terbaru di dalam negeri tidak terpenuhi. Penduduk Indonesia merupakan penduduk dunia yang punya rasa ingin tahu lebih, jadi sampai kapan pun hasilnya akan sama. Kecuali, kesadaran soal kerugian membeli via jalur ilegal bagi negara. Masyarakat kita, tidak menganggap membeli melalui jalur ilegal adalah kejahatan yang lebih besar dari korupsi, jadi why not?

Selama ada permintaan, pasti akan selalu ada unit-unit ilegal masuk ke Indonesia. Sebenarnya, hanya kesadaran yang membuat ponsel ilegal tidak lagi laku di Indonesia. Tanpa ada kesadaran, tidak akan pernah bisa terbebas dari ponsel ilegal. Selalu ada celah yang bisa dimanfaatkan importir ilegal.

Saya sendiri, mana aja mau beli ilegal atau tidak tidak ada masalah. Jika ponsel yang saya incar tidak bisa disediakan pabrikan lokal, cara ilegal mau tidak mau jadi pilihan. Toh, hanya membeli satu unit untuk pemakaian sendiri, bukan untuk dijual. Selama ada harga lebih murah, unit sesuai selera, unit asli pabrikan aslinya, why not? Kalau soal purna jual, pasti sudah dipikirkan matang-matang dengan resikonya.

Tapi kalau ponsel yang saya inginkan dijual resmi di Indonesia dengan harga masuk akal, pastinya tanpa ragu beli yang resmi.

Itu saja sih yang pengen saya ungkapin mendengar komentar Pak Menteri Komunikasi yang masih menyangkan banyaknya ponsel ilegal di Indonesia. Lakukan saja tugas pemerintah, dan lakukan tugas penjual, toh konsumen yang menentukan mau beli apa tidak, toh yang dibeli bukan barang "berbahaya", dan sebelum membeli pun konsumen tahu resikonya. Kalau apa yang konsumen harapkan sudah terpenuhi, ponsel ilegal juga tidak akan laku. Tinggal bagaimana masing-masing jalankan perannya saja.

Kalau saya, tetap jadi konsumen opurtunis, melihat kesempatan yang pas, sesuai kebutuhan gadget yang saya butuhkan.

Untuk sekarang, saya masih bertahan dengan ponsel resmi kesayangan, Xiaomi Redmi Note 4 SD yang dibeli di gerai resmi. Nah, di India sudah rilis Redmi Note 5, lihat saja berapa lama rilis di Indonesia, jika sampai waktu tertentu tidak masuk juga, bisa saja jalur ilegal dipilih, why not?

Bagi produsen yang sudah punya pabrik lokal di Indonesia juga ada baiknya rutin mengadakan survei pasar untuk permintaan unit global, dalam rangka mengakomodir konsumen dan meminimalisir masuknya produk ilegal.

Sekarang, saya tunggu masuknya Redmi Note 5 resmi, ayo perlu berapa bulan?

Posting Komentar

0 Komentar