Mengenal Apa itu Difteri

Belakangan sedang ramai dimedia tentang KLB difteri di beberapa propinsi di Indonesia (11 propinsi mengalami KLB dan 20 propinsi yang mengalami kasus difteri hingga November 2017). Penyakit yang sebenarnya saya pernah dengar dulu, ketika saya masih sekolah dasar. Satu hal yang saya ingat, entah ketika masih balita atau sudah sekolah, saya pernah dapat vaksinasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus).

Ilustrasi

Kalau saya cari informasi dari Wikipedia, vaksinasi ini diberikan kepada balita. Status pemberiannya adalah wajib. Difteri, Pertusis dan Tetanus sendiri merupakan jenis penyakit yang berbeda dan punya potensi resiko tinggi dan bisa menyebabkan kematian. Dan memang hal itu terbukti, pada KLB difteri sekarang ini, sudah banyak korban jiwanya.

Setelah baca berita, muncul kekhawatiran resiko tinggi dari penyakit ini. Oleh sebab itu, demi mengobati rasa keingintahuan serta untuk catatan pribadi saya, saya merasa perlu menyajikan informasi tentang penyakit ini. Karena, gejalanya mirip dengan sakit yang saya alami dua minggu yang lalu, seperti suara parau nyaris hilang, tenggorokan sakit, sedikit sakit ketika menelan dan ditambah batuk-batuk. Pada awalnya saya tidak berpikir ke arah difteri, ah paling karena pancaroba, flu saja. Untungnya, saya berhasil fit kembali, hanya mengandalkan obat warung dan makan cukup serta istirahat.

Kini, supaya sakit itu tidak terulang dan agar tidak terkena difteri disakit yang selanjutnya, saya perlu tahu siapa difteri ini. Saya resumekan dari berbagai sumber untuk catatan ini.

Pengertian
Difteri merupakan penyakit menular, yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheriae Bakteri ini dapat menghasilkan racun, yang bisa beresiko jika menyebar ke organ penting yang lain.

Penyakit ini menular, cara kerja bakteri ini menyebarkan penyakit yakni melalui partikel udara, benda pribadi atau alat rumah tangga lain yang terkontaminasi. Misalnya, udara tersembur dari pasien difteri ketika batuk atau bersin, air liur dari pasien difteri yang mengontaminasi makanan atau benda-benda lain, bisa alat-alat makan dll. Bahkan pada kasus tertentu, menyentuh luka pasien yang terinfeksi difteri bisa tertular penyakit ini.

Selain kita mengetahui cara penularan dari penyakit ini, kita juga perlu tahu potensi atau faktor pendukung kita terkena difteri, faktor tersebut antara lain:
  • Lokasi dimana kita tinggal, higienis atau tidak;
  • Tidak mendapatkan vaknisi terbaru;
  • Punya masalah gangguan sistem imun, seperti punya penyakit AIDS;
  • Sistem imun lagi lemah/ drop;
  • Dekat dengan lingkungan yang terlapar difteri (pasien difteri).


Gejala
Ada beberapa gejala dari penyakit ini yang bisa dijadikan patokan awal sebelum melakukan tindakan medis. Karena, diagnosa yang pasti tetap memerlukan tenaga medis yang memutuskannya atau hasil pemeriksaan laboratorium. Gejalanya yaitu:
  • Sakit radang tenggorokan,
  • Menyebabkan terbentuknya lapisan putih/ abu-abu di amandel dan liang tenggorokan,
  • Suara jadi parau,
  • Pembengkakan kelenjar pada leher,
  • Demam/ menggigil,
  • Disertai flu, batuk, pilek,
  • Perubahan pada penghlihatan,
  • Pada kasus yang parah, infeksi dapat menyebar ke organ tubuh lain seperti jantung dan sistem saraf. Ada pula yang mengalami infeksi kulit.
Penanganan yang terlambat dapat menyebabkan komplikasi yang buruk terhadap organ-organ lain. Beberapa kemungkinan komplikasi yang bisa muncul seperti tertutupnya saluran nafas oleh selaput, kerusakan otot jantung, kerusakan saraf, kelumpuhan. Inilah yang menyebabkan pasien difteri meninggal.


Pengobatan
Segera hubungi dokter apabila kita mengalami gejala demikian setelah kontak dengan pasien difteri atau merasa belum pernah mendapatkan vaksin DPT atau apabila sudah mendapatkan vaksin tetapi mengalami gejala serupa, segeralah periksakan ke dokter guna pencegahan supaya tidak parah.

Pemeriksaan medis oleh dokter bisa dilakukan dengan pemeriksaan gejala-gejala fisik dan mengecek rekam medis si pasien, bisa melalui informasi dari si pasien atau data medisnya. Diagnosa tepat akan lebih lengkap dengan dukungan hasil laboratorium, mengambil sampel jaringan untuk diperiksa.

Setelah mendapatkan diagnosa yang tepat, dokter akan memberikan penanganan yang cepat dan tepat. Bagi pasien yang sudah parah, dokter akan memberikan obat antitoksin untuk melawan racun dari bakteri. Pemberian antibiotik untuk pengobatan infeksi atau radangnya. Serta pemberian vaksin. Dosis diberikan secara bertahap sesuai kondisi si pasien. Itulah kenapa, penanganan medis oleh petugas kesehatan penting, agar penanganan bisa cepat dan tepat.

Catatan penting, apabila kita membantu atau menangani pasien difteri, ada baiknya kita juga mendapat observasi dari petugas medis, untuk mengetahui penularannya terhadap kita. Agar bisa dilakukan pencegahan sebelumnya.

Saran yang bisa disampaikan selain pengobatan yang sedang berjalan adalah istirahat cukup dan kurangi kontak dengan orang lain, dalam arti mengisolasi atau mengkarantina diri supaya difteri ini tidak menyebar. Gunakan cara batuk atau bersin yang baik dan benar, guna meminimalisir penyebaran bibit penyakitnya. Jaga selalu kebersihan.


Pencegahan
Pemberian vaksin DPT pada balita sebanyak lima kali pemberian yakni diusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan usia 4-6 tahun. Vaksin selanjutnya diberikan diusia 7 tahun, dengan pemberian vaksin Tdap. Kemudian harus diulang setiap 10 tahun sekali, bahkan hingga usia dewasa.

Ilustrasi Imunisasi

Waduh-waduh, kalau dari informasi di atas, saya sepertinya perlu mendapatkan vaksin ini, karena sejak terakhir saya mendapat vaksin di sekolah dasar, saya sudah tidak pernah mendapatkan vaksin lagi. Wajib berhati-hati kalau begini, jaga kondisi tubuh disuasana seperti ini, dimana kuman bibit penyakit lagi naik daun.

Ada catatan penting lainnya, bagi orang tua yang baru punya bayi, balita dan anak kecil, ada baiknya merutinkan pemberian imunasi "lengkap", yang telah dicanangkan pemerintah melalui Kementrian Kesehatan. Jangan takut habis imunisasi anak akan sakit, pemberian imunisasi dengan baik dan benar tidak menimbulkam sakit, mungkin efek satu-dua yang berbeda antara anak satu dan lain, tapi tidak menyebabkan sakit berat. Justru dengan imunisasi akan mencegah penyakit yang lebih berat nanti. Pemberian imunisasi yang lengkap ini membantu agar Indonesia terbebas dari penyakit-penyakit yang berpotensi mewabah yang sebenarnya bisa dicegah sejak dini. Mari gerakan imunisasi lebih giat lagi, untuk Indonesia sehat dimasa yang akan datang!

Semoga catatan tentang kesehatan ini bisa bermanfaat, terutama bagi saya sendiri. Saya jadi tahu tentang apa-apa saja seputar penyakit ini, yang nampaknya sederhana tapi bisa berbahaya jika penanganannya tidak cepat dan tepat. Jaga kesehatan selalu dan bergaya hidup sehat dan berlaku lah sesuai standar kesehatan ketika bersin atau batuk, agar tidak menyebarkan bibit kuman penyakit. Salam sehat selalu, Tuhan memberkati.cpr.

Posting Komentar

0 Komentar