Dulu, Kini dan Nanti (Belum Terjadi)

Proyek pembangunan perumahan kian pesat dari tahun ke tahun. Tidak saja perumahaan untuk hunian tinggal tapak, atau hunian bertingkat untuk tinggal (apartemen) atau untuk komersil (hotel), Tidak saja di wilayah kota besar, bahkan sudah merambah kota lebih kecil. Kemudian tidak saja di bangun di wilayah strategis jalan utama, bahkan juga dibangun di daerah yang relatif “terpencil”.

Salah satunya adalah proyek pembangunan hunian tinggal komersil (apartel) yang akan dibangun di belakang kosan saya. Sudah lima tahun saya tinggal di kosan ini. Kosan ini berada di sisi jalan utama Margonda, namun lokasinya agak masuk ke dalam ± 900 meteran. Kosan saya ini berada di tepi sungai Ciliwung. Tidak di tepi sekali sih, kalau dihitung dari bibir sungai mungkin ± 200-300 meter. Oleh karena itu wajar jika di belakang kosan saya lima tahun lalu adalah kebon kosong, yang ditanami pohon pisang, pohon randu, bambu dan pepohonan buah (sukun), pohon petai, dan pepohonan lain. Yang pasti, nampak hijau, asri, segar. Tidak hanya itu, ekosistem yang baik ini jadi rumah tinggal burung, tupai, burung puyuh, musang, biawak.

Namun kini, menjelang akhir 2016, suasana itu tidak ada lagi. Karena di sana akan dibangun apartel, sasarannya sih untuk mahasiswa. Wajar saja, wilayah Margonda, Depok ini ada beberapa kampus perguruan tinggi, ada UI (Universitas Indonesia), Gunadarma, BSI, mungkin agak jauh sedikit Universitas Pancasila. Beberapa kampus besar ini merupakan potensi ekonomi bagi apartel yang akan dibangun tersebut. Tapi saya tidak akan membahas hal tersebut.

Perubahan suasana yang dulu asri nan hijau dan suasana nanti apabila proyek apartel tersebut berjalan dan jadi akan sangat berbeda. Di saat sekarang ini suasana hijau dicari, eh ini malah ada proyek yang akan menghilangkan suasana tersebut. Kemudian yang saya khawatirkan adalah potensi serap air tanah, soalnya dulu kan lahan terbuka hijau, jika nanti sudah dibangun apartel tersebut, potensi serap air tanah pasti akan berkurang. Mudah-mudahan saja, hal ini bisa diantisipasi oleh arsitek proyek tersebut, sehingga tidak merubah siklus air yang sudah terjadi selama ini.

Untuk lebih jelasnya sih bisa dilihat di foto yang saya lampirkan di postingan ini. Postingan ini juga akan saya sampaikan berkala.

10 Oktober 2016
Foto di bawah ini saya ambil dari depan gerbang kosan saya, Wisma Yulimar. Kebetulan pintu masuk gerbang proyek yang direncanakan itu di samping pintu gerbang kosan saya. Ada spanduk besar tergantung di atasnya, berupa gambar maket bangunan apartel yang direncanakan. Cukup besar sih, tapi yakin mau dibangun di area yang menurut saya sempit itu? Tapi mungkin ya ini balik lagi ke kreativitas si arsitek dan pengembangnya. Herannya lagi, bagaimana nanti alat berat masuk ke dalam sana. Untuk saat ini, ketika saya posting, proyek belum berjalan, boro-boro ada kendaraan proyek, saat ini hanya baru pembabatan pepohonan. Saat ini pula, spanduk yang tadinya terpasang pun sudah hilang, mungkin tumbang terhempas hujan angin beberapa waktu lalu.

Foto di bawah ini saya ambil masih di tanggal yang sama, itu suasana hijau vegetasi kebun belakang kosan (seperti lokasi di kartun Doreaemon, “kebun/bukit/hutan belakang sekolah”). Masih nampak hijau dan rimbun bukan. Bahkan ketika musim kemarau saja, masih nampak hijau. Bayangkan di sanalah lokasi resapan air hujan, untuk mengisi air tanah, supaya tidak semua air hujan terbuang ke sungai Ciliwung. Bayangkan kembali, jika nanti di sana sudah terbangun bangunan permanen, kemana air hujan akan mengalir? Ya pastinya ke sungai, dan jadi potensi banjir untuk wilayah di bawahnya. Dan tidak ada lagi tambahan air tanah yang bisa terisi dari air hujan. Ya begitulah efek dari pesatnya pembangunan.


27 November 2016
Nah foto di bawah ini adalah keadaan setelah terjadi pembabatan kebun, persiapan awal sebelum dimulainya proyek. Semua pepohonan yang hijau di foto pertama tadi sudah enyah, berganti jadi tandus (keringnya vegetasi yang mati). Di foto di bawah ini masih nampak bagian pepohonan hijau, karena belum seluruhnya dibabat.

Kalau dilihat di foto di atas, sebelah kiri adalah sisi pinggir kebun yang berbatasan dengan Sungai Ciliwung (yang melintas di wilayah Depok). Sisi sebelah kanan kebun adalah tembok bangunan permanen perumahaan warga sekitar.


Update selanjutnya akan saya posting kemudian, melihat perkembangan selanjutnya dari proyek ini. Tentunya dengan melampirkan update gambarnya. Kebetulan, posisi saya (kamar) ada di lantai dua, sehingga saya bisa melihat kebun ini. Akses pandangan langsung ke proyek ini sangat jelas. Wajar saja, dulu dari atas sini, saya sering berburu, atau sekedar berlatih tembak (dengan senapan angin), dengan sasaran pohon kelapa yang ada di ujung kebun.

Update 18 Desember 2016
Di bawah ini beberapa update kondisi kebon belakang Yulimar, penebangan pepohonan sudah masuk tahap akhir. Tinggal tunggu pembersihan sisa-sisa, sebelum masuk ke tahap proyek selanjutnya, yaitu pembebasan lahan untuk keluar masuk kendaraan proyek.



Update 3 Januari 2017

Update 12 Maret 2017

Hari demi hari, Yulimar mulai rata dengan tanah, foto terakhir sejak Januari 2017 Yulimar terus dihancurkan dan akhirnya kini sudah nyaris rata dengan tanah, tinggal satu bangunan utama eks tempat tinggal pengelola kos kala itu dan sepenggal bangunan di sisi belakang bangunan lama. Khusus untuk mushola yang dulu berdiri di depan, juga tak luput rata dengan tanah. Kalau di google maps sih masih berdiri, tapi ketika saya take picture kondisi terakhir, sempat juga saya submit ke google maps. Berikut ini satu gambar yang saya ambil. Foto lain akan diupdate menyusul.



Update berikutnya, akan diupdate berkala *** #waitingpost

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Mau update gambar belum sempat, karena tetutup seng proyek pembangunan. Area tertutup, perlu drone untuk mendokumentasikannya dari atas, tapi sejauh ini proyeknya belum berjalan signifikan.

    BalasHapus
  2. Yulimar tempat saya kost pertama kali ketika masih nguli di UI sekitar tahun 1999. Banyak memory yang terkenang kembali ketika postingan ini di publikasikan. Saya penghuni Blok A106 ketika itu. Salam Alumni Yulimar..

    BalasHapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6