Pindah Kelain Hati "One Heart" to "SEMAKIN DI DEPAN"

MotoGP musim 2015 sudah berakhir tanggal 8 November lalu. MotoGP 2015 punya drama tersendiri, dan saya rasa jadi drama paling menarik selama gelaran MotoGP yang saya ikuti, setidaknya sejak saya mulai kenal MotoGP. Dari sisi pertarungan/ fight dalam perebutan gelar juara dunia memang tidak terlalu mencolok, justru yang mencolok adalah pertarungan antara 2 lawan 1.

MotoGP 2015 ini seharusnya jadi pertarungan antara #46 dan #99, tetapi yang terjadi adalah pertarungan #46 dan #93 yang notabene posisi di klasmen tidak merubah apapun jika #93 bertarung mati-matian dengan #46. Akhirnya yang terbaca di publik adalah #93 menghambat #46 menuju gelar juara dunianya untuk bertarung dengan #99 yang selisih poinnya tidak begitu jauh, karena kesalahan kecil saja akan membuat keberhasilan atau kegagalan salah satunya. Tapi sudahlah itulah yang terjadi di gelaran MotoGP 2015 ini.

Jujur saja,buntut dari drama beberapa seri terakhir menjelang berakhirnya musim 2015 membuat saya kecewa pada rider yang saya dukung selama ini, #93. Permasalahannya adalah #93 tidak bertindak fair dalam kejuaraan ini, hanya karena kesamaan kewarganegaraan dengan rekannya yang berbeda tim ini. Semua tahu dan saya sendiri yakin RC213V dan #93 sempurna, dan saya yakin di 3 seri terakhir bisa disapu podium utama, tapi ternyata tidak, justru hanya menyibukan diri dengan seterunya, padahal tidak akan berbuah apa-apa untuk kejuaraan ini. Meski sudah banyak sanggahan yang disampaikan, namun tidak bisa menjawab kecurigaan saya atas country order yang terjadi. Tidak ada masalah memang, tetapi menciderai pertarungan yang sesungguhnya, lain cerita jika ada 3 rider yang memperbutkan gelar juaranya tahun 2015 ini.

Race di Valencia musim 2015 memang antiklimaks drama sebelumnya. Meski begitu, kenyataan sudah terjadi dan juara dunia jatuh pada rider yang dapat "dukungan" terpenting di sirkuit. Akan lain jika pememang musim ini bertarung sendiri sejak awal start hingga akhir finish. Meski begitu, saya tetap mengganggap #46 sebagai pemenangnya, mentalnya membuat dia jadi pemenang meski dia "kalah". Tapi semua fans di dunia pasti mendukungnya dan berharap yang terbaik di musim 2016. Karena memang umurnya tak lagi muda, tantangan besar baginya dibandingkan rider lain. Keuntungannya regulasi yang berubah di musim depan, penggunaan ECU sama untuk semua tim, penggantian ban ke Michelin, ring roda yang berubah menjadi 17". Setidaknya ini akan membuat semua rider mencari setting baru untuk hal yang baru tersebut. Rider yang punya insting balap sejati saya yakin bisa melewatinya, dan saya masih yakin #46 mampu melakukannya.
[Sumber: google.com]

Musim 2016 nanti, pandangan saya akan tertuju pada #46 and Yamaha R1-nya. Sementara saya akan lupakan Repsol, sampai pertarungannya kembali seimbang, dan "mereka" mendapatkan apa yang pernah mereka lakukan. Forza Vale, prepare to next season 2016. cpr.

Posting Komentar

0 Komentar