[Iman] Konsep Iman Menurut Manusia dan Yesus

Sabtu (5/10) sore ini saya misa di Paroki St. Yohanes Penginjil Blok B, Jakarta Selatan. Sepulang kerja, saya langsung menuju gereja terdekat untuk misa. Saya tidak tahu misa sore ini dipimpin oleh siapa, maklum saya jarang misa di sini. Tapi satu hal yang saya coba catat adalah pesan iman dari sabda Tuhan dalam Ekaristi minggu biasa ini.

"Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu." (Lukas 17: 6)

Saya tidak begitu pandai mencatat apa yang disampaikan secara rinci mengenai pesan iman di misa ini, saya hanya catat intinya yang bisa saya tangkap. Sabda Tuhan membahas soal iman. Dalam bacaan Injil diceritakan bahwa para rasul bertanya atau lebih bisa dikatakan meminta pada Yesus, agar yesus menambahkan iman mereka. Yesus menjawab pertanyaan para rasul, "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu." (Lukas 17: 6)

Pertanyaan yang sama juga akan kita katakan pada Yesus, agar Yesus menambahkan iman kita. Pertanyaan kita itu sudah diwakilkan oleh para rasul jauh dulu sebelum kita berpikir demikian. Dan Yesus sudah menjawabnya. Butuh pemahaman untuk menanggapi apa yang dikatakan Yesus. Apa yang disampaikan Yesus menunjukan konsep iman yang berbeda, antara Yesus dan kita manusia. Bagi kita manusia masih melihat iman dari sisi tebal atau tipis, tambah atau kurang. Namun konsep iman menurut Yesus bukanlah demikian. Yesus mengajak kita, untuk berbuat sesuatu dari iman yang kita punya, iman yang kita miliki harus digerakan dalam rupa kerja nyata. Yesus mengumpamakan iman sebagai biji sesawi. Biji sesawai merupakan biji yang sangat kecil. Bayangkan, iman kita diumpamakan sekecil itu, namun bisa meminta pohon ara untuk berpindah. Itu merupakan sesuatu yang besar bisa dilakukan oleh sesuatu yang kecil. Yesus mengajak kita, bukan soal iman besar atau kecil, iman yang kita miliki harus didayagunakan. Dalam bacaan kedua (2Tim 1: 6) pun kita diajak untuk mengobarkan iman karunia Allah. Namun yang terjadi terkadang kita mengorbankan iman yang Allah berikan pada kita. Hal ini tidak boleh terjadi, iman karunia Allah yang kita miliki harus mampu jadi pengobar dan menggerakan sesuatu yang baik.

Inilah yang menjadi tugas kita dalam hidup. Dengan iman yang kita miliki harus mampu menjadikan sesuatu bagi kehidupan kita pribadi, bermasyarakat dan bernegara. Iman harus jadi sumber kobaran semangat untuk menjadi berani, pembangkit kekuatan, kasih dan ketertiban. Semoga demikian. Amin.

Posting Komentar

0 Komentar