Film: Habibie & Ainun

Semalam, akhirnya saya bisa menonton film romantisme ala Indonesia. Memang sih film yang bernuansa romantisme di Indonesia bisa dibilang tidak langka juga, namun yang membuat menarik aadalh kisah romantisme yang diangkat, romantisme ala pimpinan negara atau orang penting di negara ini di masanya dulu.

Siapa orang penting itu? Beliau mantan presiden ketiga dan juga pernah menjabat wakil presiden dan menjadi salah satu menteri pada kabinet masa orde baru. Beliau sudah dikenal sebagai 'arsitek pesawat' kebanggan Indonesia, dan menjadi lebih dikenal di masa akhir orde baru dan masa transisi orde baru menuju reformasi ketika menjadi wakil presiden dan naik menjadi presiden menggantikan Soeharto (Alm.). Tidak lama memang beliau memimpin, namun ada sesuatu yang beliau buat. Meski sebelumnya ada perbedaan pandangan seputar kepemimpinannya, dianggap kontroversial, jika dilihat dari kacamata politik. Namun ternyata ada sisi lain yang bisa diangkat dari figur beliau, yakni romantisme cinta dengan istrinya (Alm.) Beliau adalah B. J. Habibie dan istrinya Hasri Ainun Habibie.


Film yang dirilis di tahun 2012 lalu akhirnya bisa tayang perdana di televisi swasta lokal RCTI 9/8. Saya mungkin melewatkan ketika tayang di bioskop, tapi untuk tayang di televisi lokal saya berusaha tak melewatkannya, saya penasaran dengan film ini, kisah romantisme apa sih yang diangkat. Saya tidak memandang bahwa film ini bermuatan politik atau apa pun itu, yang jelas di film ini saya melihat pandangan dari kacamata lain soal kepemimpinan bangsa ala seorang cerdas di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta romantisme ala profesor di dunia kedirgantaraan. Tidak banyak yang bisa saya ceritakan dari cerita di film ini, hanya catatan tersebut di atas yang terlontar ketika menyaksikan film ini.

Film bergenre romantisme memang banyak, namun yang memberikan rasa unik adalah film ini diambil dari kisah perjalanan seorang pemimpin negara ini. Romantisme yang diangkat adalah kesetian sampai akhir hayat, meski salah satunya dipisahkan oleh maut, namun karena cinta diantaranya bisa merangkai kesetiaan dalam bingkai romantisme yang indah untuk dikabarkan ke semua orang ditengah situasi sekarang ini dimana kesetiaan dalam suatu hubungan selalu dinomorduakan atau bahkan dinomorsekiaankan. Tantangan pencapaian akedemisi, pekerjaan hingga politik tidak menyurutkan perjalanan kesetiaan mereka, hingga maut memisahkan mereka berdua.

Film ini diangkat dari memoir yang ditulis B. J. Habibie mengenai mendiang istrinya Hasri Ainun Habibie dalam buku yang berjudul Habibie & Ainun. Film ini diproduksi oleh MD Picture (indonesia) dan Cathay-Keris Film Productions (Singapura). Film ini disutradarai oleh Faozan Rizal. Film ini dibuat di Jerman dan Indonesia, mengikuti kisah yang tercatat dalam buku memoir.

Hal yang menarik yang menurut pendapat saya adalah akting total dari pemain utamanya, Reza Rahardian yang berperan sebagai Rudy/ B. J. Habibie dan Bunga Citra Lestari berperan sebagai Hasri Ainun Habibie. Reza Rahardian bisa berperan dengan baik, karakter unik milik B. J. Habibie mampu diperankannya. Mungkin yang berbeda hanya postur tubuh saja, selebihnya apa yang diperankan Reza adalah luar biasa, pendalaman perannya sangat baik, begitupun dengan Bunga Citra Lestari. Chemistry peran diantara mereka membuat romantisme kisah yang diangkat menjadi begitu nyata. Kalau saya boleh katakan, B. J. Habibie merupakan orang yang unik, dengan gaya bicara, gesturnya cukup unik, jadi ketika ada yang berperan menyerupai beliau, pastinya jadi menarik untuk dilihat.

Pada catatan saya kali ini seperti yang sudah saya katakan di atas, saya tidak akan bercerita soal jalan ceritanya, satu kata romantisme ala seorang profesor 'arsitek pesawat' ahli dalam ilmu dan teknologi. Serta melihat cara berpikir seorang ahli iptek dalam memimpin negara. Itulah yang mungkin menjadi keraguan/ pertanyaan atas apa yang diperbuat beliau ketika menjadi presiden di negeri ini 'dipertanyakan'. Pemikiran seorang pakar iptek dengan seorang politikus akan sangat berbeda, dan di film ini hal itu ditunjukan. Entah tersurat atau tersirat, namun saya mendapatkan pesan itu. Latar belakang pendidikan seseorang mempengaruhi bagaimana cara untuk mengambil keputusan.

Hal menarik lagi seputar cerita adalah ketika ada rasa 'kekecewaan' ketika industri pesawat terbang yang telah dibangun harus terhenti, sudah banyak yang dikorbankan untuk itu. Namun satu perkataan yang bisa saya ingat, bahwa banyak cara untuk membangun bangsa ini. Industri pesawat terbang yang coba dibangun harus terhenti karena konsep pembangunan negeri ini yang tak pernah terkonsep dengan baik. Industri pesawat memang industri berat yang tidak semua negara mampu berbuat, tapi kala itu Indonesia mampu, namun balik lagi ke strategi pembangunan yang tak terarah membuat apa yang dibuat anak-anak cerdas bangsa ini selalu kandas. Inilah pesan sebenarnya untuk calon-calon pemimpin bangsa ini, agar dapat dengan baik memanfaatkan potensi anak-anak bangsa di negeri ini, agar tidak muncul 'kekecewaan'. Negara ini harus tumbuh menjadi negara besar dan mampu bersaing dengan negara lain, dan yang terpenting agar rakyatnya bisa menjadi raja di negerinya sendiri.

Mungkin itu yang bisa saya catat soal film ini. Bagi yang belum menontonnya ya bisa tunggu beberapa waktu lagi sebelum penayangan selanjutnya, saya yakin di momen hari raya selanjutnya atau momen hari libur film ini akan ditayangkan kembali, atau kalau ingin cepat nonton ya bisa cari CD filmnya saja, entahlah yang original sudah rilis apa belum. Sekian catatan saya seputar film, lanjut lagi di film lainnya (^_^)?

Posting Komentar

0 Komentar