Penghargaan Diatas Ironi

Beberapa waktu lalu wajah HAM dunia sepertinya tercoreng dengan kasus kemanusiaan yang terjadi di Rohingnya. Kasus yang terjadi di sana sudah jadi kejahatan kemanusiaan, dan jelas melanggar hak asasi manusia.
Ironi yang saya lihat ketika membaca sebuah artikel di VOA Bahasa Indonesia pada tanggal 20 September 2012 yang berjudul Suu Kyi akan Terima Penghargaan Demokrasi 2012 di Gedung Kongres AS. Suu Kyi merupakan tokoh dunia yang terkenal ketika dia melakukan aksi protes untuk melawan kekejaman rezim militer yang kejam di Burma.
Suu Kyi juga mendapat penghargaan nobel perdamaian. Kini Suu Kyi akan mendapat penghargaan lagi, berupa Penghargaan Demokrasi 2012 di Amerika Serikat. Penghargaan yang sepertinya akan menjadi ironi, ketika beberapa waktu lalu terjadi kasus kejahatan kemanusiaan di Rohingnya yang dilatarbelakangi maalah SARA. Sebagai tokoh yang pernah protes atas rezim militer yang kejam, melihat kasus di Rohingnya Suu Kyi tidak dapat berbuat banyak. Apa pantas penghargaan itu disematkan padanya? Lalu apa pantas, penghargaan nobel itu masih disandangnya? Melihat kejahatan kemanusiaan di Rohingnya Suu Kyi hanya bungkam, tidak ada sesuatu yang bisa diperbuat, yang menunjukkan kepantasannya menerima penghargaan berskala dunia itu. Pertanyaan yang saya ungkapkan itu memang menunjukkan ironi yang terjadi.
Rupanya kita harus kembali menelaah, apakah pantas Suu Kyi dijadikan tokoh dunia dengan sikap bungkam dan seolah-olah tidak tahu akan masalah yang terjadi. Sungguh terlalu! Cpr.

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Beberapa hari lalu sy baca di beberapa surat kabar online, berita tentang pengungsi Rohingya kini makin memperihatinkan. Ayo, apa yang bisa diperbuat si penerima nobel dan penghargaan? Apakah mata mu masih bisa melihat!

    BalasHapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6