NH dan NB Contoh Orang Lupa Diri dan Bergengsi Tinggi


Krisis di tubuh PSSI sepertinya tinggal menemui titik akhir tumbangnya rezim Nurdin Halid dan teman seperjuangannya Nugraha Besoes. Dua orang inilah yang masih ingin bercokol dan menancapkan taringnya di PSSI. Jelas-jelas banyak sekali penyimpanan selama ini yang terjadi dibawah kepengurusannya, tetapi tetap saja mereka merasa masih ada yang dukung. Waduh-waduh, untung saja bangsa kita tidak dipimpin orang macam ini. Kalau saja terjadi, mungkin kejadian yang terjadi di beberapa negara timur tengah akan terjadi di Indonesia. Rezim Alm. Soeharto saja masih punya kesadaran diri untuk mundur dengan legowo melihat gelombang massa yang sudah tak lagi menginginkannya, mungkin ada juga yang masih mendukungnya, tapi beliau masih bermental kesatria daripada si NH dan NB. Mereka tipe orang-orang bermuka batu dan tidak pernah bisa instropeksi diri.
Awal-awal krisis PSSI bergulir, ‘mereka’ (NH dan NB berserta antek-anteknya) mengadang-gadang statuta FIFA. Mereka menyatakan bahwa berada di jalur yang benar mengikuti statuta FIFA, yang diartikan lain dalam statuta PSSI. Beberapa minggu statuta FIFA yang mereka pegang, dengan membawa nama FIFA untuk menakut-nakuti kita bahwa bisa berbahaya kalau sampai olahraga sepakbola kita dibekukan FIFA. Gembar-gembor tentang FIFA itu akhirnya pelan-pelan terjawab. Pasal dalam statuta FIFA yang kemudian diterjemahkan dalam stuta PSSI yang mereka pelintir sedikit menjadi jelas. Setelah perwakilan KONI dan pemerintah mencoba mencari tahu yang sebenarnya langsung kepada FIFA, namun hal ini masih saja dibantah oleh ‘mereka’. Akhirnya ‘mereka’ sepertinya sudah tidak lagi mampu mengadang-gadang stututa FIFA, akhirnya mereka lari mengadang-gadang statuta PSSI yang mereka buat (memang lewat kongres, tapi statuta dipelintir untuk melanggengkan kekuasaan NH) bahwa statuta PSSI lah yang berlaku di Indonesia. Weh-weh, bener-bener melihat ‘mereka’ seperti anak kecil yang selalu membela diri untuk menutupi kesalahannya, lucu J.
Titik jelas penyelesaian krisis PSSI atas kepengurusan NH dan NB ini mulai jelas sejak kongres yang diwajibkan FIFA untuk diselenggarakan agar PSSI tidak dikenai sanksi beberapa waktu lalu,meskipun kongres berjalan ricuh dan menurut ‘mereka’ kongres gagal dilakukan. Secara jelas NB melakukan kebohongan publik, pernyataan resminya yang menyatakan bahwa kongres itu dinyatakan gagal dan pihak dari perwakilan FIFA tidak mengakuinya, ternyata FIFA tidak mengeluarkan pernyataan itu. Dan malah perwakilan FIFA yang ingin meninjau kongres menyatakan seperti dihalangi-halangi ‘mereka’. Wah, tambah jelaskan sekarang siapakah ‘mereka’. ‘Mereka’ itu sangat pintar dalam memanipulasi data dan pernyataan, untung saja kita tidak mau terlalu lama dibodohi ‘mereka’, oleh karena itu kita memang sudah layak dan sepantasnya bertindak.
Kini si NB yang memberikan pernyataan sedang digugat hukum, baguslah. Biarlah si tua itu mengisi hari tuanya dengan perkara hukum. Sebenarnya apabila ‘mereka’ legowo mundur kejadian yang mempermalukan ‘mereka’ tidak perlu terjadi. Inilah akibat dari keangkuhan dan kegengsian yang terlalu besar demi menutupi kesalahan, hasilnya adalah begini. Mudah-mudahan bisa menjadi pelajaran kita semua, jangan mencontoh orang-orang macam NH dan NB. Ambil sisi baik mereka, dan buang jauh-jauh keburukan mereka. Sekarang, kepengurusan NH tidak diakui pemerintah dan kantor PSSI yang resmi yang ‘mereka’ sering nyatakan kini akan ditutup untuk ‘mereka’. Barang-barangnya sudah siap untuk diangkut. Menyedihkan memang bila melihat lengsernya suatu kekuasaan harus dilakukan dengan cara paksa. Tapi itu jalan yang ‘mereka’ pilih, kita sih hanya meng-amin-i saja. Toh dengan jatuhnya si NH dan NB itulah yang kita harapkan untuk perubahan sepakbola nasional.
Sampai saya menulis opini saya ini pihak pemerintah yaitu Menpora belum mengeluarkan surat resmi terkait apabila PSSI dibekukan sementara. Karena apabila PSSI dibekukan, aliran dana untuk PSSI akan dihentikan dan secepatnya keuangan PSSI harus diaudit. Mengingat kepengurusan PSSI dibawah rezim NH mengundang tanda tanya. Semoga krisis PSSI cepat bisa diselesaikan dan lahirlah pengurus-pengurus PSSI yang terbuka untuk siapa saja dan bisa membawa sepakbola Indonesia jadi lebih baik. Yang terpenting jangan tiru sikap NH dan NB yang mempertahankan kekuasaan hanya karena, mungkin gengsi atau malu diturunkan dengan tidak melalui prosedur yang jelas. Kalau memang sudah tidak dikehendaki mundurlah dengan legowo. Hidup sepakbola Indonesia. Cpr.

Posting Komentar

0 Komentar