Surat Gembala Prapaskah 2011 Keuskupan Bandung


''Komunitas Basis Gerejani sebagai Tanda Nyata Kehadiran Kristus di Dunia''

Saudari-Saudara terkasih dalam Kristus,
Pada hari Rabu yang akan datang, bersama-sama seluruh Gereja, kita akan memasuki masa Prapaskah. Kita semua tahu, Prapaskah merupakan waktu yang istimewa ketika kita diundang untuk bersama-sama memperdalam iman dan mengembangkan hidup kita sebagai murid-murid Yesus melalui pertobatan yang terus-menerus. Dalam masa Prapaskah 2011, marilah kita merenungkan secara khusus mengenai hidup sejati yang terwujud melalui hidup berkomunitas. Hal ini sejalan dengan tema Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Bandung 2011, yaitu ''Kesejatian dalam Mewujudkan Diri Menuju Perwujudan Komunitas.'' Kita diajak untuk mengisi masa tobat ini dengan semakin menyadari segi gerejani hidup beriman kita. Berkat baptisan, kita menjadi bagian dari Gereja yang menjalankan perutusan Kristus di dunia ini. ''Mari ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.'' (Mat. 4:19). Tanggapan para murid atas ajakan Yesus ini melahirkan komunitas para murid yang bertekun dan setia mendengarkan kehendak-Nya dan melaksanakan perintah-Nya. Itulah Gereja yang merupakan komunitas para murid. Kita adalah juga para murid yang dipanggil untuk hidup berkomunitas, bersaudara, berjemaat, dalam kesatuan dengan Kristus untuk menjadi ''penjala manusia.''
Sementara itu kita sadari pula bahwa Gereja sebagai komunitas para murid masih harus terus-menerus kita bangun. Pertanyaan mendasar ialah apakah kita sudah mengalami Gereja sebagai persekutuan atau persaudaraan para murid Yesus? Bagaimana kita bisa mengalaminya? Dengan rendah hati marilah kita akui bahwa kita belum sungguh mengalami Gereja sebagai keluarga, tempat kita saling berbagi dan mengampuni, menumbuhkan dan meneguhkan; Gereja belum cukup menjadi ruang dimana kita bersama berdoa dan berkarya, memuji dan berbakti. Ada godaan besar bagi kita untuk hidup dalam kesendirian, menghayati iman dalam kesendirian pula, sehingga lupa bahwa kita adalah anggota Gereja. Kita diajak untuk rela terlibat didalam komunitas-komunitas basis Gerejani yang hidup di keuskupan dan paroki kita. Keterlibatan kita di wilayah dan lingkungan paroki merupakan tanggapan atas panggilan Tuhan untuk berjumpa dengan saudari-saudara seiman membangun persekutuan yang semakin kokoh. Kerelaan kita untuk bergabung dan aktif dalam komunitas-komunitas kategorial, baik komunitas doa ataupun karya, merupakan kesempatan untuk bertumbuh bersama dalam komunitas. Demikian pula, ketekunan kita untuk membangun keluarga kristiani merupakan dasar panggilan dan pengalaman kita untuk hidup menggereja.
Kita dipanggil untuk bersatu, bersaudara. Persatuan dan persaudaraan itu kita alami dalam keluarga dan komunitas basis Gerejani yang merupakan tanda nyata dari kehadiran Kristus di dunia ini. Itulah harapan Tuhan yang terungkap lewat doa-Nya kepada Bapa bagi para murid-Nya: ''Ya Bapa, semoga mereka menjadi satu di dalam Kita, sama seperti Engkau di dalam Aku, dan Aku di dalam Engkau, agar dunia percaya bahwa Engkaulah yang mengutus Aku.'' (Yoh. 17:21) Persekutuan yang kita bangun menjadi kesaksian akan kasih Allah yang nyata dalam diri Yesus Kristus. Dengan demikian, persekutuan kita dalam iman itu menjadi pewartaan atau kesaksian kita kepada dunia akan Allah yang adalah Kasih.
Saudari-saudara yang terkasih,
Almarhum Paus Yohanes Paulus II menyatakan bahwa ''Komunitas basis gerejani merupakan tanda kehidupan dan vitalitas dalam Gereja, alat formasi dan evangelisasi, serta menjadi titik awal perwujudan masyarakat baru yang didasarkan atas peradaban kasih.'' Kehidupan sejati sebagai murid Kristus akan tampak dalam keterlibatan kita menciptakan peradaban kasih itu. Melalui komunitas, persekutuan, persaudaraan iman, yang ditandai dengan semangat berbagi dan mengasihi, kita menegakkan peradaban kasih dan bersaksi dan mewartakan kekuatan kasih dalam melawan budaya kebencian dan kematian.
Dengan demikian, selain dimensi eklesial, buah pertobatan kita juga harus membawa kita pada kesadaran akan dimensi sosial hidup kita. Perutusan yang kita terima dari Kristus membawa kita pada perjumpaan dengan dunia dan realitas di mana kita hidup. Kita adalah bagian dari komunitas sosial yang, disatu pihak menampilkan kekayaan dan keberhasilan, senyuman dan kebahagiaan. Namun, di lain pihak komunitas sosial itu juga berwajah suram penuh dengan tangisan dan ratapan, bergelimang dosa dan nestapa. Lingkungan di mana kita tinggal penuh dengan raut kemiskinan dan kelaparan, kekerasan dan kebencian. Justru dalam situasi seperti inilah, komunitas basis Gerejani menjadi saksi utama dan tanda kasih-kebaikan Tuhan, bila kita mampu hidup dalam kasih yang diwarnai dengan kemauan berbagi dan mengampuni.
Sabda Tuhan pada hari ini menegaskan kembali betapa pentingnya kesadaran akan dimensi eklesial dan sosial ini agar kita dapat menjalankan perutusan Kristus. ''Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan ia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga.'' (Mat. 7:21). Tuhan menghendaki agar kita menegakkan peradaban kasih melawan budaya kematian dan menghadirkan kasih-kebaikan Tuhan. Komunitas basis Gerejani yang kita bangun, keluarga kristiani yang kita hidupi dapat menjadi alat kasih itu. Melalui komunitas iman yang menjadi alat peradaban kasih Allah, kita telah dan terus berusaha membangun kehidupan yang sejati.
Saudari-saudara yang terkasih,
Marilah kita mengisi hari-hari puasa dan tobat dengan semakin menjadikan diri kita bagian dari komunitas eklesial dan sosial. Kita syukuri panggilan Tuhan yang telah menjadikan kita utusan-Nya. Kita jalani perutusan itu dengan hidup dalam komunitas iman yang menjadi tanda peradaban kasih Tuhan. Melalui kita semua, Gereja yang misioner akan terwujud, dan peradaban kasih akan terbangun. Semoga dengan demikian, bersama dengan komunitas, perskutuan atau persaudaraan lain yang tumbuh di masyarakat kita, Gereja Keuskupan Bandung akan semakin hidup, mengakar, mekar, dan menghasilkan buah-buah peradaban kasih. Berkat Tuhan dan salam saya untuk segenap keluarga dan komunitas.
Bandung, 31 Januari 2011

Mgr.Ignatius Suharyo
Administrator Apostolik


Sumber :
Keuskupan Bandung, 4 Maret 2011 diakses tanggal 15 Maret 2011

Posting Komentar

0 Komentar