Susahnya Mendidik Ormas Brutal


Ormas (Organisasi Massa) dibuat sebenarnya untuk mengakomodir kegiatan dan aspirasi masyarakat dalam sebuah wadah organisasi. Istilah ormas digunakan di Indonesia untuk bentuk organisasi berbasis massa yang tidak bertujuan politis. Bentuk organisasi ini digunakan sebagai lawan dari istilah ‘partai politik’ (parpol). Ormas dapat dibentuk berdasarkan beberapa kesamaan atau tujuan, misalnya agama, pendidikan, sosial, budaya dll.
Ormas mulai menjamur pasca reformasi. Wajar saja sebelum reformasi, kebebasan untuk membuat organisasi massa, berpandapat dan berkumpul atau hanya sekedar beraspirasi terkekang pemerintah yang berkuasa saat itu.  
Ormas ini sebenarnya diatur negara dalam Udang-Undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Definisi Organisasi Kemasyarakatan menurut UU No. 8 Tahun 1985 pada pasal 1 yaitu organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warganegara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Belakangan ini masyarakat resah dengan adanya ulah ormas yang brutal, tiap kali, ini ormas muncul pasti buat  rusak infrastruktur, buat  onar, rusuh, keributan, pawai jalanan, sweeping dll, intinya kegiatan mereka itu serba meresahkan, dan semua berbalut dengan emosi. Pernahkah liat ormas yang sedang ramai dibicarakan sekarang ini melakukan tindakan yang dengan kepala dingin. Boro-boro! Menurut undang-undang kan sudah jelas ormas itu ada untuk berperan serta dalam pembangunan, ini sih malah menghambat pembangunan dengan pengrusakan dan menimbulkan rasa tidak aman. Kemudian ormas itu berada dalam wadah NKRI yang berdasarkan Pancasila, tapi nyatanya mereka sibuk saja membawa nama agama disetiap aksinya, padahal tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan. Weh-weh!
Ormas macam ini yang sebenarnya merusak kerukunan umat beragama, tidak membuat damai tapi membuat tegang dan rasa tidak aman. Mereka berlandaskan agama, tetapi dalam menghadapi masalah tidak pernah menggunakan cara yang baik, yang menunjukkan mereka beragama. Ada apa sih dengan ormas yang satu ini? Benar-benar ormas yang aneh.
Baru-baru ini, kasus di Temanggung. Bermula dari sidang penistaan agama dngan terdakwa Antonius Richmond Bawean (52). Si terdakwa ini dituntut 5 tahun. Tetapi menurut ormas (entah dari mana asalnya) hukuman itu kurang, mereka tidak terima hanya dihukum segitu. Waduh3x. Lucu ya. Coba bandingkan dengan kasus kekerasan yang dilakukan anggota salah satu ormas brutal tersebut beberapa tahun yang lalu,  si pelaku kekerasan itu dihukum,eh tetap saja didemo, tetapi beda demonya, mereka  menuntut pembebasan atas anggotanya yang dihukum. Waduh2, dimana sih keadilan, jelas si anggota berbuat salah minta dibebaskan hanya karena mereka sealiran/ seanggota. Inilah benih-benih ketidakadilan yang selalu mereka pertontonkan. Agama itu menjunjung tinggi kebenaran, siapa yang salah ya sepantasnya mendapat hukuman. Dukungan morilah yang perlu diberikan untuk terdakwa agar tidak berbuat kesalahan yang sama, bukan demo untuk dibebaskan. Aneh3x memang kalau melihat tingkah ormas brutal yang satu ini. Padahal terdakwa Anton tidak hanya menistakan satu agama, tetapi ada agama lain yang ternistakan. Tapi anehnya saat kerushuan terjadi infrastruktur polisi, gereja-gereja, sekolahan, panti asuhan yang berada di sekitarnya ikut dirusak. Aneh memang melihat tingkah mereka.
Pemerintah berusaha mengingatkan dengan teguran dan sanksi, tapi entah mereka ini memang bebal atau apa, tetap saja mereka dengan ototnya merasa tidak bersalah dan merasa berada dijalan yang benar. Karena aksi yang dilakukan selalu dibenturkan dengan agama yang mereka tafsirkan lain. Setiap sanksi atau teguran yang diberikan pada mereka dengan mudahnya mereka bilang itu titipan asing, Amerika berada dibalik semua ini. Kata-kata ini wajib dikeluarkan saat mereka terdesak, atau kalau kekepet lagi, demo dengan kekerasan, itulah wajah mereka selama ini. Seperti anak kecil memang, tapi sebenarnya siapa sih anggotanya? Sudah berumur yang jelas sudah tau berpikir mana yang baik mana yang buruk, dan harusnya tahu bagaimana menyelesaikan suatu masalah dengan arif dan bijaksana.
Kali ini pimpinan tertinggi negeri ini, Presiden SBY menyampaikan keperihatinannya pada Hari Pers Nasional ke-65, presiden menyayangkan kerusuhan yag terjadi. Presiden mencoba tegas, "Jika ada kelompok atau organisasi resmi yang selama ini terus melakukan aksi kekerasan yang tak hanya meresahkan masyarakat luas, tetapi nyata-nyata banyak menimbulkan korban, penegak hukum agar mencarikan jalan yang sah atau legal, jika perlu dilakukan pembubaran atau pelarangan,"  kata Presiden. Tetapi lucunya tanggapan dari anggota salah satu ormas itu, "Kalau dia terus menghembuskan pembubaran ormas, maka umat dan ormas Islam sangat siap untuk mem-Ben Ali-kan SBY". Waduh3x, bisa tambah panjang ceritanya. Lihat saja dengan ucapan-ucapan provokasi ini, hal seperti inilah yang menjadi benih kekerasan.
Pemerintah sebagai pengatur di negeri ini tidak boleh gentar dengan ancaman seperti ini, ancaman seperti ini adalah benih perpecahan, pemerintah harus tegas, karena kelonggara pada ormas brutal macam ini sudah cukup, takutnya kalau dibiarkan terus semakin menebar benir ketidak amananan di masyarakat. Ketegasan dari pemerintah adalah wajar dalam rangka mendidik warganya.  Negeri Indonesia adalah negeri yang beragam, negeri yang mengakomodir perbedaan, karena ini lah Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika. Peringatan dan teguran kepada mereka sebenarnya wujud peduli, tetapi direspon lain, ya kembali lagi segala sesuatu yang direspon dengan kepala yang mendidih begitulah hasilnya. Semoga ormas brutal bisa lekas sadar, jadilah ormas yang menjadi panutan dan membawa ketenangan bagi masyarakat. Cpr.

Posting Komentar

0 Komentar