Boikot Media?


Ada lagi bola panas yang bergulir, di tengah kinerja pemerintahan SBY yang sedang disorot karena tidak proaktif dalam mengelola negara ini menjadi lebih baik. Pemerintahan SBY juga terus dikritik karena kinerjanya yang kurang greget. Panasnya kuping pemerintah akhirnya kembali terbukti. Terlontar dari salah satu anggota Set. Kabinet Dipo Alam yang menyatakan pemboikotan terhadap media. Dipo Alam mengatakan, intinya bahwa boikot media yang menjelek-jelekan pemerintahan.
Lucu memang kalau melihat seorang Dipo berbicara demikian. Saya dengar kalau Dipo itu dulu mantan aktivis mahasiswa kampus terkenal. Kita pun tahu bagaimana kerja aktivis mahasiswa, suaranya lantang dan bahkan pedas dan tajam, suara-suara mereka diteriakkan dari jalanan, jadi otomatis suara lantang, pedas dan tajam sering terlontar. Namun apa sekarang, saat seorang aktivis sudah duduk di kursi pemerintahan, seakan-akan seperti kacang lupa kulitnya. Yang dilontarkan media selama ini adalah aspirasi rakyat yang tidak pernah didengar pemerintah. Toh apa kalau tanpa ada media, pemerintah mau mendengar keluhan masyarakat. Masyarakat yang bersuara di jalanan saja, tidak pernah pemerintah dengar padahal itu dilakukan di depan Istana Negara.
Media ada sudah sangat baik, media sekarang ini berteriak lantang, terkadang tajam mengejar janji-janji pemerintah.  Kita masyarakat di daerah perlu tahu apa saja yang telah dilakukan pemerintah, disitulah peran media. Sebenarnya media bisa dijadikan sarana pemerintah untuk mengetahui keadaan masyarakatnya yang belum tersentuh, bukan malah menyalahkan media. Kritik pedas dan tajam seharusnya mampu dibuktikan pemerintah dengan tindakan nyata, bukan dengan mengeluh, seperti yang disampaikan Dipo.
Media pun tidak buta dan tuli, apabila ada kebaikan dari pemerintah sudah pasti akan disampaikan pada masyarakat.  Namun karena kebaikan pemerintah itu nyatanya belum nyata/ tampak dirasakan masyarakat, apa harus berbohong. Kasus-kasus kecil saja yang bisa diselesaikan pemerintah, tapi coba tuntaskan kasus-kasus besar yang memang benar-benar dirasakan masyarakat. Masyarakat yang terkena dampak baik dari kinerja pemerintah akan dengan senang hati berterima kasih.
Cobalah berkaca wahai kau pemerintah! Apa yang sudah kau buat untuk rakyat mu ini, kekuasaanmu untuk mengelola bangsa ini apa sudah dilaksanakan dengan baik? Lihatlah rakyat mu di Porong Sidoarjo, sudahkah mereka mendapatkan hak mereka? Ganti rugi yang tak kunjung usai, janji hanya tinggal janji. Air mata presiden yang menetes hanya tinggal cerita sinis. Kemudian kasus-kasus hukum yang menciderai rasa keadilan masyarakat, apakah sudah diselesaikan? Untuk mengatur lembaga-lembaga negara saja tidak becus, mencopot pimpinan lembaga yang tidak aktif bertindak saja sepertinya sulit. Hanya sedikit kata, intinya tidak mau intervensi. Kemudian, ditengah rakyat mu kelaparan dan sulit mencari nafkah, teganya engkau berkeluh kesah karena gaji yang tak kunjung naik. Apakah itu kinerja seorang pemerintah? Dan masih banyak lagi hal-hal lain yang coba diperjuangkan media agar wahai kau pemerintah mendengarnya dan menerima semua masukan dengan tanggapan positif dan mewujudkannya dalam tindakan konkret.
Saran saya untuk Dipo, atau orang-orang pemerintah lainnya, kalau anda-anda tidak mau dikritik janganlah duduk di pemerintahan, jadilah rakyat biasa. Agar bisa merasakan penderitaan rakyat yang sesungguhnya. Masih banyak rakyat-rakyat Indonesia yang mau bekerja dengan hati untuk negaranya, bukan untuk pribadi, atau hanya sekedar mencari muka dengan bermaksud membela pemerintah. Ingatlah keberhasilan suatu pemerintahan akan terungkap dengan sendirinya tanpa harus dibeberkan. Kalau kinerja pemerintah memang baik, sudah layak mendapat apresiasi, tapi kalau belum akuilah dengan lapang dada dan tunjukkan bukan membela diri. Cpr.

Posting Komentar

0 Komentar