Laut Aral Dulu, Kini Gurun Aral

Laut Aral, pernah dengar kan? Dulu ketika masih sekolah, laut ini sering disebut dalam soal ujian atau sekedar pertanyaan pengetahuan umum. Meski bernama laut, sebenarnya Laut Aral merupakan sebuah danau, tepatnya danau yang mendapat gelar 'laut'. Mungkin, karena luas areal yang tergenang air relatif luas, nampak seperti lautan, gelar 'laut' pantas disematkan padanya. Selain itu, karena kadar garamnya yang cukup, membuat danau ini cocok diberi gelar laut.

Sumber: Google

Penamaan Aral ini berasal dari bahasa Kirgiz yang artinya kepulauan. Dulunya memang, ada beberapa pulau lahir di danau ini. Pulau-pulau mini dulu bertebaran di danau ini, sehingga nama Laut Aral sangat cocok disematkan saat itu. Danau ini terbentuk sekitar 1,6 juta tahun yang lalu. Air dari danau ini disuplai dari Sungai Syr Darya dan Amu Darya.

Tapi itu dulu, berbeda keadaannya sekarang, Laut Aral kini tinggal sejarah. Kenyataannya, sekarang Laut Aral debit airnya sudah jauh berkurang. Foto satelit menunjukan perbedaan signifikan antara laut aral yang dulu dan sekarang. Pada awalnya, danau ini menyatu dengan Laut Kaspia. Namun akhirnya, karena debit air yang semakin berkurang, Aral dan Kaspia terbentuk jadi danau terpisah.

Laut Aral sebenarnya merupakan sebuah danau yang terletak di Asia Tengah. Posisi danau ini diapit oleh negara Kazakhstan di sebelah utara dan Uzbekistan di sebelah selatan. Danau ini pernah menjadi danau terbesar di dunia, dengan luas 68.000 square kilometer.

Sumber: Google | Gambaran proses pengeringan

Penyusutan debit air danau ini dimulai sejak tahun 1960. Penyebabnya adalah sungai-sungai yang mengalir atau bermuara ke danau dialihkan ke tempat lain untuk proyek irigasi Uni Soviet. Untuk mengairi ladang kapas dan gandum. Pantauan tahun 2007, debit air danau ini hanya tersisa 10% saja.

Kini, sisa-sisa danau yang masih ada coba diselamatkan dengan proyek bendungan di tahun 2005, meski begitu, tidak akan mungkin mengembalikan wajah danau ini seperti masa kejayaannya. Padahal dulu, danau ini punya potensi perikanan, hingga lada akhirnya semuanya tidak bisa bisa lagi dimanfaatkan lagi. Kini dasar danau yang mengering jadi gurun.

Sumber: Google | Bangkai kapal yang tidak kecil, membuktikan di sini pernah ada air yang cukup luas untuk menampung kapal cukup besar

Danau Aral ini punya peran penting kala itu dalam siklus hidup air. Kesimbangan iklim di wilayaj itu dipengaruhi olehnya. Ketika air di danau ini menguap, uap air ini mencegah angin dingin dari sebelah utara. Campuran uap air dan angin dingin menciptakan aliran udara ke atas, yang akhirnya terbawa angin dan kemudian mengembun menjadi salju di kawasan pegunungan. Salju-salju yang mengalir, kembali mengalir melalui sungai dan akhirnya kembali ke danau ini.

Sungguh ironis nasib danau yang sempat mendapat nama besarnya dulu. Ini hanya salah satu contoh degradasi lingkungan ekosistem air di daratan yang rusak. Masih banyak contoh lain danau-danau atau laut di daratan yang mengalami degradasi yang parah. Belumlah cukup contoh-contoh ini untuk membuat mata kita terbuka, untuk lebih menjaga ekosistem air? Semua harus dimulai dari lingkungan kita sendiri, mulai dari bagaimana menghemat air untuk digunakan dengan baik dan seperlunya. Kita punya Danau Toba, danau air tawar terbesar. Akankah, Danau Toba bernasib seperti Laut Aral? Jangan, jangan sampai! Mari kita belajar dari sejarah, untuk menjaga ekosistem air darat, supaya kita bisa tetap memperoleh manfaat namun dengan tetap memberikan timbal balik atas apa yang telah kita manfaatkan.cpr.



Posting Komentar

0 Komentar