Layakkah Belalang Jadi Oleh-oleh?

Siapa yang pernah melintas jalur Jogja - Gunung Kidul - Wonogiri? Bagi yang mudik ke daerah sana pasti tidak asing dengan penjual sate belalang atau olahan belalang yang dijual di pinggir jalan. Biasanya digoreng dan dijual dalam kemasan box transparan dan kemasan yang digantung. Buat yang baru dengar atau baru melintas di sana, pasti heran, koq belalang dimakan, rasanya seperti apa dan apakah aman?

Belalang jadi salah satu bahan makanan sebenarnya sudah sejak dulu, bahkan ayah saya yang lahir di Flores, Nusa Tenggara Timur pun tahu tentang hal ini dan di sana pun belalang dapat dikonsumsi, dengan diolah terlebih dahulu. Entah bagaimana dengan daerah lain, selain yang tersebut di atas. Nah, saya sendiri penasaran apa manfaat belalang ini sampai harus kita mengkonsumsinya bahkan sampai dijual sebagai oleh-oleh atau sekedar lauk pauk. Kebetulan juga di NTB kemarin baru diserang hama belalang, kenapa tidak dimanfaatkan untuk konsumsi saja, kan lumayan sebagai stok dan tak perlu repot mencarinya.

Belalang merupakan jenis serangga herbivora, meskipun ada jenis belalang yang karnivora dan omnivora. Belalang ini ada yang jantan dan betina, ukuran betina lebih besar dari yang jantan. Belalang masuk klasifikasi ilmiah filum Arthopoda, kelas Insecta, subordo Caelifera. Belalang punya jenis yang beragam, beberapa diantaranya yang akan saya sebutkan di bawah ini adalah yang sering kita jumpai. Jadi, sudah pasti kita tahu dan kenal serangga yang satu ini.

Jenis-jenis Belalang yang Umum
Belalang Kayu (Hedge grasshopper, Valanga nigricornis)
Belalang ini punya warna tubuh kecoklatan, menyerupakai batang pohon atau kulit kayu. Belalang ini termasuk herbivora, karena senang memakan tumbuhan atau dedaunan. Belalang jenis ini yang paling sering dicari untuk dikonsumsi. Belalang ini juga termasuk hama untuk tumbuhan. 

Belalang Sembah (Berbeda dengan belalang lain, jenis ini termasuk kedalam ordo Mantodea)
Kita sering menyebutnya canggcorang (Sunda/ Betawi, walang kekek/ kadung (Jawa), mentadak (Melayu), praying mantis (bahasa Inggris). Belalang jenis ini punya kurang lebih 2.000 spesies yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Belalang ini punya bentuk yang unik, dengan capit taringnya yang selalu menengadah ketika merasa terancam. Umumnya berwarna kehijauan, ada pula yang berwarna kecoklatan. Belalang jenis ini termasuk jenis omnivora alias pemakan segala (cenderung ke karnivora), makanannya bisa dedaunan/ tumbuhan atau serangga lain (kupu-kupu, jangkrik, rayap dll), bahkan kanibal ketika musim kawin.

Belalang Hijau (Atractomorpha crenulata)
Seperti namanya belalang ini punya warna tubuh hijau bisa muda atau cenderung hijau tua. Belalang ini terkenal sebagai hama perusak tanaman jenis padi-padian dan palawija. Keunikan belalang ini adalah bisa menyesuaikan warna tubuhnya menjadi coklat ketika temperatur udara meningkat (panas).

Belalang Daun (Phyllium bioculatum)
Dinamakan belalang daun karena memang bentuk tubunya menyerupai daun, belalang jenis ini sering berkamuflase pada tumbuhan dengan bentuk daun serupa dengan bentuk tubuhnya. Sering dijumpai berwarna hijau atau kecoklatan seperti daun kering atau kekuningan mengikuti situasi lingkungan dimana belalang ini hinggap. Kondisi ini disebabkan karena belalang daun mempunyai struktur pembuluh darah yang menyerupai urat daun.

Belalang Batu
Seperti namanya, tidak asing, belalang ini dipastikan mempunyai bentuk tubuh menyerupai batu atau ranting pohon. Warnanya coklat keabu-abuan dengan bercak hitam, putih atau kekuningan. Belalang ini dikatakan lebih bersahabat, karena tidak reaktif ketika didekati, belalang jenis ini termasuk belalang yang jinak dibandingkan jenis yang lain.


Belalang punya peran penting dalam rantai makanan. Beberapa predator belalang antara lain katak, kadal, burung bahkan termasuk bebek juga gemar makan belalang. Jadi, ketika populasi belalang tumbuh tak terkendali seperti kasus di NTB, itu menandakan sudah semakin langkanya predator alaminya. Inilah tanda bagi kita untuk lebih menjaga ekosistem dengan tidak merusak habitat maklum hidup yang masuk dalam siklus rantai makanan.

Kembali ketopik bahasan sebelumnya, jenis belalang tertentu dapat dikonsumsi bahkan jadi sajian yang gurih (hmm, setidaknya bagi mereka yang suka). Belalang dikonsumsi karena manfaatnya karena mengandung protein tinggi. Tapi tahukah kita, apa saja sih kandungan baik dari serangga yang disebut belalang ini?

Dalam tubuh belalang yang dikonsumsi itu mengandung zat yang ternyata penting bagi tubuh, yakni vitamin, protein dan mineral. Untuk kandungan vitamin, dalam belalang mengandung Vitamin A 25-30% untuk kebutuhan tubuh dalam satu hari yang bermanfaat untuk melindungi jaringan kulit; Vitamin B yang terdiri dari B1, B2, B3 dan B6 bermanfaat untuk menjaga kestabilan metabolisme sel-sel tubuh; Vitamin E dan C serta asam folat bermanfaat sebagai antioksidan dalam melawan sel kanker dan meningkatkan daya tahan tubuh. Tidak hanya vitamin, belalang juga mengandung protein hewani 20-40% lebih tinggi dari udang windu, daging sapi dan ayam. Di dalamnya terdapat asam amino esensial yang bermanfaat untuk mempercepat dan melindungi pertumbuhan sel-sel  tubuh. Selain itu, belalang juga mengandung mineral penting seperti zat besi, sodium, mangan, fosfor, magnesium, tembaga, kalsium, zinc, potassium yang bermanfaat bagi kelancaran metabolisme dan mengontrol kestabilan kadar air dalam tubuh. Tak kalah penting dalam kulit belalang ternyata mengandung senyawa kitosan yang serupa pada kulit udang sehingga menciptakan rasa gurih (setelah diolah tentunya).

Wow, ternyata banyak juga ya kandungan penting dari serangga satu ini. Entah benar atau tidak informasi yang saya baca  ini, mudah-mudahan tidak salah, karena informasi ini diperoleh dari tempat yang bisa dipercayai. Hal yang sulit diyakini bahwa serangga yang bagi saya tidak bermanfaat ternyata punya sesuatu yang berharga. Maha Kuasa Sang Pencipta, menciptakan makluknya dengan segala kelebihannya.

Meski begitu manfaatnya kandungan gizi dari belalang, ada hal yang perlu kita perhatikan sebelum mengkonsumsi belalang. Poin ini saya anggap penting, karena didasari rasa ketidakpercayaan bahwa belalang ini punya nilai gizi. Kita wajib tahu, supaya kita bisa selektif sebelum mengkonsumsi agar tidak menjadi "bahaya" bagi kita yang mengkonsumsi.

Bahaya Makan Belalang
Ternyata, bahaya tidaknya mengkonsumsi belalang ini bergantung pada kekebalan tubuh masing-masing individu pengkonsumsi belalang itu sendiri (dengan catatan, belalang yang dikonsumsi adalah yang layak makan) dan cara pengolahan belalang tersebut untuk dibuat bahan makanan.
  • Belalang punya potensi untuk terinfeksi cacing parasit. Bahaya ini muncul dari apa yang dimakan belalang itu sendiri, serta cara pengolahan yang tidak higienis (saat pencucian belalang kurang bersih misalnya, belalang diharuskan dicuci dengan air mengalir agar bersih dengan sempurna). Saat dimasak pastikan  harus dalam kondisi matang. Potensi belalang terkena infeksi tergantung pada yang dimakan belalang, apabila belalang ini pemakan jenis serangga lain yang terjangkit infeksi cacing, maka otomatis akan menulai ke belalang itu sendiri. Oleh karena itu disarankan untuk mengkonsumsi belalang yang herbivora saja. Cara pengolahan yang baik dan benar, mengurangi potensi terkena infeksi cacing parasit ini.
  • Selain itu, potensi alergi kulit. Hal ini bisa disebabkan karena cara pengolahan yang kurang baik, yakni penggunaan minyak bekas. Biasalah pedagang nakal demi mengurangi biaya, memanfaatkan minyak bekas untuk mengolah sajian ini, hal ini sangat tidak baik. Potensi alergi ini juga bisa muncul karena ada bakat alergi protein bagi yang mengkonsumsinya. Jadi apabila punya alergi protein, jangan coba-coba. Alergi yang disebabkan karena minyak bekas tadi bisa diatasi dengan minum kopi pahit (tanpa gula), kopi pahit mengandung senyawa karbon aktif yang mampu mentralisir alergi yang muncul.
  • Bahaya lainnya adalah keracunan. Dapat disebabkan akibat mengolah belalang yang sudah mati (dalam arti tidak fresh). Belalang baik diolah ketika masih dalam kondisi hidup. Jika mengolah belalang dari yang sudah mati agak lama, punya kecenderungan tubuhnya mengandung partikel racun serta penurunan kadar gizi dari belalang itu sendiri karena statusnya adalah bangkai. Kemudian, belalang yang diolah adalah belalang dalam kondisi baik (sehat), bisa diamati dari ciri fisiknya yang fresh, warna yang segar. 

Nah, sekarang sudah cukup jelaskan pemahaman soal mengkonsumsi belalang. Bagi yang doyan bertualang dengan wisata kuliner unik, belalang ini bisa dicoba. Kebetulan masih proses arus balik, bagi pemudi dari wilayah Jawa sekitar Wonogiri, Gunung Kidul dan sekitarnya, olahan belalang bisa jadi lauk makan diperjalanan dan buah tangan bagi sanak saudara di kota asal. Tapi buat yang pengemudi, sepertinya jangan makan ya, ya siapa tahu ada masalah jika tidak cocok, malah membuat konsentrasi berkendara hilang lagi.

Buat saya pribadi sih, sepertinya tidak untuk mengkonsumsi serangga bermanfaat satu ini. Meskipun tidak hanya di Indonesia saja belalang dikonsumsi. Di Meksiko, Afrika, China, beberapa negara di Timur Tengah. Menurut Islam pun, belalang bukan termasuk jenis makanan yang diharamkan, jadi aman untuk dikonsumsi dengan catatan telah terlebih dahulu mati (dalam arti fresh ya, bukan bangkai, kalau bangkai justru menimbulkan masalah). Dibenak saya masih terbayang, isi perutnya yang berwana hijau ketika dipites, hmm tidak bisa dibayangkan untuk mengkonsumsinya, meski sudah diolah sekalipun. Oke, monggo bagi yang berminat, silakan dikonsumsi.

Sekian catatan saya kali ini tentang rasa penasaran saya seputar makanan unik, belalang siap santap. Semoga bermanfaat. Sumber informasi dari catatan ini saya baca dari beberapa artikel yang saya lampirkan sumbernya di bawah ini, saya rangkum jadi satu, sehingga memudahkan saya untuk mengakses informasi tentang makanan olahan dari belalang ini. Untuk dua link sumber bacaan dari bawah, di sana beberapa link terkait tentang beberapa manfaat dari mengkonsumsi belalang, bisa jadi tambahan informasi, silakan baca sendiri ya. Okelah, selamat menyantap olahan belalang ya.cpr

Sumber catatan:
Wikipedia. Belalang | diakses tanggal 1 Juli 2017

Posting Komentar

0 Komentar