Cirebon, Kota Punya Potensi Namun Minim Ide dan Kreatifitas

Kota Cirebon yang berjuluk kota udang ini terletak di wilayah yang cukup strategis. Berada di jalur utama pantai utara, berada di sisi utara pulau otomatis membuat kota ini dekat dengan laut. Namun potensi ini kurang dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah daerah setempat. Tidak ada hasil/ manfaat dari potensi kelautan yang dimiliki Kota Cirebon ini. Hasil perikanan Kota Cirebon tidak terlalu menonjol, transportasi lautnya/ pelabuhannya hanya sebatas untuk bongkar muat batu bara yang debu/ sisa-sisa bongkar muatnya hanya mengotori jalanan dan juga air laut di sekitar  dermaga pelabuhan. Kemudian di sektor pariwisata, tidak ada potensi kelautan dari Kota Cirebon yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan wisata. Ya ada sih, sisa peninggalan purbakala, itu Taman Ade Irma Suryani yang terletak di jalan Yos Sudarso, dekat dengan pelabuhan. Taman rekreasi ini yang memang dekat laut, sebenarnya dulu jadi primadona pilihan wisata, namun kini bentuk dan rupa pun tidak, entah bagaimana nasib taman ini sekarang. Yang jelas tidak terawat. Karena memang sudah lama sekali taman ini tidak beroperasi dengan sebagaimana mestinya. Update terbaru Taman Ade Irma akhirnya mampu bangkit setelah disentuh sektor swasta.

Masyarakat kota Cirebon sebenarnya kekurangan akan konsumsi hiburan dan rekreasi alam. Kalau pun tidak ada tempat rekreasi alam, paling tidak masyarakat kota Cirebon punya tempat untuk berkumpul, layaknya alun-alun. Tapi yang terjadi di kota Cirebon ini, alun-alaun saja tak jelas, posisi, lokasi alun-alun yang kurang layak sebenarnya disebut alun-alun. Sedih bila melihat alun-alun kota ini bila dibandingkan dengan alun-alun di kota lain, yang memang menjadikan alun-alun ini sebagai tempat berkumpul/ sarana hiburan masyarakatnya dikala sore/ malam setiap harinya. Tidak pada saat ada perayaan besar saja. Belakangan ini saya mendengar ada wacana akan meindahkan alun-alun kota ke tempat lain. Entah dimana pastinya, belum ada kejelasan. Saya berharap lokasi yang dipilih benar-benar bisa menciptakan sebagaimana mestinya fungsi sebuah alun-alun. Yang pasti harus bermanfaat untuk masyarakat, bukan bermanfaat untuk kantong pejabat pemerintah daerah yang menjalankan proyek.

Kota Cirebon memang  tidak mempunyai wisata pegunungan, bila masyarakat Cirebon ingin berwisata pegunungan harus lintas daerah ke Kabupaten Kuningan. Hal ini merupakan potensi bagi Kabupaten Kuningan bagi sektor pariwisatanya. Meskipun tidak punya pegunungan, lantas Cirebon bukan kota yang tidak punya potensi apa-apa. Seperti yang sudah saya utarakan sebelumnya, Cirebon ini punya laut, kota Cirebon adalah kota pesisir, hendaknya laut ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Buatlah laut ini menjadi unggulan untuk mengangkat sektor-sektor lain menjadi unggulan dan bisa dibanggakan, seperti sektor perdagangan, perikanan, dan pariwisata.

Di sini saya hanya akan membahas sektor pariwisata. Seperti tadi saya katakan, kalau masyarakat Cirebon ingin wisata pegunungan harus menuju ke Kabupaten Kuningan. Nah, sebaliknya bila masyarakat Kabupaten Kuningan ingin berwisata laut harus turun ke Kota Cirebon atau Kabupaten Cirebon yang mempunyai potensi laut. Hal ini sebenarnya adalah potensi bagi pariwisata Kota Cirebon. Belum lagi posisi Kota Cirebon yang memang strategis, sering dijadikan lokasi transit/ peristirahatan sementara bagi masyarakat yang ingin ke arah Jawa Tengah, Jawa Timur dari Jakarta, maupun sebaliknya. 

Potensi-potensi ini yang kurang sekali dilihat oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah seakan-akan buta dengan potensi daerahnya sendiri. Padahal pemimpin daerahnya sudah terpilih dua periode namun tetap saja buta membaca potensi apa sih sebenarnya yang bisa dikembangkan dari kota yang dipimpinnya. Sebenarnya kota ini mau dibwa kemana pun jadi tidak jelas. Dua periode ya hanya begitu-begitu saja.

Pemerintah daerah Kota Cirebon memang terdiri dari perangkat yang tidak punya ide dan kreatifitas, jiwa seninya sangat kurang, dan juga Buta dalam melihat peluang. Hal ini yang terjadi sebenarnya, bukan menuduh atau berburuk sangka. Tapi kenyataanya, selama dua periode tidak ada sesuatu yang mampu ditinggalkan sebagai buah tangan pemerintahan selama ini. Ya, untuk merwat aset kota saja sepertinya sulit sekali. Contoh saja, lihat jalan-jalan dalam kota, tidak ada yang mulus, semua berjerawat/ berlubang, kotor, pasir dimana-mana, terkesan kumuh. Hanya itu peningalan dari pemerintahan dua periode seorang guru SD.

Bahkan setelah periode pemerintahan berganti, nampaknya belum ada perubahan berarti di pembangunan kota yang menurut saya segede upil ini. Kemajuan pembangunan Kota Cirebon lebih pada kekuatan sektor swasta yang melihat peluang bisnis. Namun, sektor pemerintahan daerah sendiri, tidak punya terobosan bagus untuk membenahi pelayanan publiknya.

Lalu sampai kapan, Kota Cirebon seperti ini, lekaslah berbenah, sebelum semakin banyak kota-kota lain menelurkan prestasinya. Kota Cirebon kapan? Apa mesti harus menunggu "lebaran kuda"? Perlu berapa pemimpin-pemimpin lagi, hingga ditemukan pemimpin yang amanah, uang bisa membawa Kota Cirebon lebih baik, entah seperti Kang Emil, atau Pak Dedi di Purwakarta, atau Pak Anas di Banyuwangi, atau Ibu Risma di Surabaya. Atau butuh seorang Ahok untuk menangani kota upil ini? Semoga, Kota Cirebon segera bangun dari tidur panjangnya.cpr

Posting Komentar

0 Komentar