Merangkai Catatan dari Pirates of Caribbean: Salazar's Revenge

Akhirnya, saya berhasil untuk tidak melewatkan seri aksi Jack Sparow kali ini, dalam Pirates Caribbean: Salazar's Revenge. Baru kali ini Jack Sparow saya saksikan langsung di theater alias bioskop.
[Sumber: Google]
Sebenarnya termasuk terlambat saya mengenal tokoh Sparow ini, karena skuel sebelumnya saya hanya nonton dari file film bajakan saja. Jadi aksi ala-ala theater tidak bisa saya rasakan. Tapi kemarin saya sempatkan untuk nonton, untungnya saya tidak terlambat, karena masih diputar di beberapa bioskop yang mudah saya jangkau.

Kesan saya seusai menonton seri Sparow yang satu ini baik, dan saya pribadi lebih senang cerita yang sekarang ini, lebih mudah saya pahami.

Salut memang sama si pembuat cerita film ini, karakter film bajak laut ala franchise Pirates Caribbean tidaklah hilang, setidaknya sampai seri terakhir yang rilis 2017 ini. Si penulis cerita ini mampu membuat cerita hayalan, tapi dikemas seperti, kayak-kayaknya itu nyata dan memang terjadi di masa lalu. Ya setidaknya sih begitu pendapat saya, ketika membayangkan petualangan samudra dimasa lalu. Ceritanya memang selalu membuat mikir, mbulet, dan ciri khasnya adalah menampilkan tingkah yang bodoh namun selalu beruntung. Dalam hal aksi perkelahian lah, aksi kejar-kejaran lah, serta aksi perang kapal, semuanya dibalut dengan aksi bodoh, lugu, dan yang paling benar adalah keberuntungan yang sangat tinggi.

Kisah Sparow kali ini menceritakan tentang usaha dalam rangka mematahkan kutukan-kutukan yang ada di lautan, yang mana sebagai pelaut yang mengarungi lautan selalu dihantui kutukan-kutukan yang pada awalnya mereka sendiri tidak tahu. Tujuan dari misi film kali ini adalah trisula poisedon, yang tersimpan secara rahasia di suatu tempat, dimana yang mampu memecahkannya hanyalah orang yang pandai membaca rasi bintang. Mungkin difilm inilah awal pelaut-pelaut mulai menggunakan rasi bintang sebagai penunjuk arah. Soalnya ketika ada ahli astronomi yang mempraktekan keahliannya, jadi sesuatu yang langka.

Masing-masing tokoh penting di film ini, punya tujuannya masing-masing. Anak dari kapten kapal The Flying Ducthman berusaha memutuskan kutukan yang membelit ayahnya di lautan, kemudian wanita si ahli astronomi berusaha memecahkan jurnal yang dianggap jurnal peninggalan ayahnya, namun pada akhirnya dia harus tahu yang sebenarnya, bahwa ayahnya seorang bajak laut yang membajak kapal ilmuwan astronomi yang jurnalnya dijadikan sebagai kenang-kenangan ketika meninggalkan anaknya itu di sebuah panti asuhan. Sparow sendiri saya amati tidak punya kepentingan banyak dengan trisula poesedon ini, tujuannya adalah mengembalikan kapal kesayangannya Black Pearl kekondisi semula, dan justru hal itu sudah dia dapatkan sebelum menemukan trisula poesedon. Kemudian, Kapten Barbosa yang beruntung bisa bertemu dengan anaknya, punya tujuan menguasai trisula itu, agar bisa jadi penguasa lautan tanpa perlu takut pada bajak laut manapun, bahkan bajak laut iblis sekalipun. Satu lagi yang tak kalah penting, yang namanya dipakai dijudul film kali ini adalah, kisah kapten Salazar yang ingin balas dendam terhadap Sparow, dan ingin lepas dari kutukan yang diterima di segitiga iblis. Di sini saya amati juga, sepertinya tujuan besarnya justru hanya balas dendam terhadap Sparow saja, karena seharusnya ketika Salazar tahu bahwa tujuan mencari trisula poesedon dapat melepaskan diri dari kutukan, seharusnya mereka bekerja sama. Namun tidak, yang terjadi justru Salazar dan pasukannya, hanya mengejar Sparow untuk membunuhnya. Pada akhirnya Salazar sendiri hanya menikmati sesaat sebagai manusia normal, merasakan hilangnya kutukan dari dirinya. Sayangnya pada akhirnya harus mati ditangan Barbosa yang berusaha menjadi pahlawan untuk menyelamatkan anaknya.

Menarik memang, bagi saya yang tidak pandai merangkai cerita, cerita dari film ini mampu dibuat jadi satu kesatuan utuh yang saling berkaitan.

Hal lain yang saya catat, saya pikir dari semua kapten bajak laut tidak bisa mempunyai keluarga, namun di skuel Pirates Caribbean ini menyatakan bahwa seorang bajak laut juga bisa punya keluarga, setidaknya punya penerus keturunan, meski tidak semua punya keluarga bahagia. Hal ini dipastikan dengan ketika saya mengetahui bahwa kapten Barbosa saja bisa punya anak cantik yang pandai di bidang astronomi. Mungkin dikecualikan untuk Sparow yang harus selalu hidup sendiri, ditemani kru-kru bodohnya, serta sebuah kompas antik dan Black Pearl yang jadi kapal kesayangannya.

Sparow mengajarkan saya bagaimana menikmati kehidupan sendirinya, di laut, menikmati hidup dengan kebodohannya dan keberuntungannya. cpr.

Posting Komentar

0 Komentar