Gunung Ciremai Milik Bersama yang Tak Seperti Dulu Lagi

Saya ingat dulu sewaktu masih kecil, saya sangat suka bermain air ketika ayah saya sedang mencuci motor di halaman. Semprotan air keran ke selang air untuk 'ditembakan' ke motor yang mau dicuci sering saya manfaatkan sebagai permainan. Semprotannya kencang sekali, seperti pistol air. Air yang keluar di selang itu begitu derasnya, mirip semprotan pemadam kebakaran.

Air yang mengalir ke instalasi pipa di rumah saya dan sekitar komplek perumahan di Kota Cirebon ini sebagian besar menggunakan air dari PDAM. Yang mana sumber air PDAM sendiri berasal dari PDAM wilayah di atas Kota Cirebon, yaitu Kabupaten Kuningan, tepatnya PDAM Kab. Kuningan. Sumber mata air PDAM Kab. Kuningan sendiri berasal dari mata air gunung Ciremai, yang kebetulan berada di wilayah Kabupaten Kuningan. Mata air yang bersumber dari kaki gunung ini sangatlah bersih, segar, dan jernih. PDAM Kab. Kuningan beruntung mendapatkan pasokan air bersih yang seperti ini, karena dibandingkan dengan PDAM daerah-daerah lain, pasokan air bersih yang mereka miliki tak sebaik PDAM di Kab. Kuningan. Memang ada PDAM daerah lain yang punya kualitas air baik, namun tak banyak, salah satu yang menurut saya baik itu di Kabupaten Sikka, tepatnya di Kota Maumere. Air di sana cukup baik, segar, jernih mirip air yang ada di wilayah Cirebon.

Kondisi dahulu lain sekarang. Memang untuk kualitas masih terjaga, namun untuk debit air atau volume air yang dikirimkan ke rumah-rumah tangga sudah jauh berbeda dengan dulu. Kini air yang dikirim ke rumah melalui instalasi pipa 'ngocornya' tidak sekencang dulu. Air iya masih keluar hanya tidak deras, sehingga jika menggunakan selang untuk menyemprot air sudah tak lagi seperti dulu.

Banyak yang hal yang menyebabkan kondisi ini terjadi. Kalau dirunut dari hulunya, bisa saja sumbernya di gunung sana sudah tidak kondusif untuk menyerap air hujan untuk ditampung di dalam tanah, dalam arti di kawasan gunung Ciremai dimana sebagai daerah resapan air sudah tidak lagi baik kondisi ekosistemnya. Gunung yang baik pasti menyimpan cadangan air yang banyak, karena siklus air dimulai dari gunung sebagai tempat tertinggi sebelum akhirnya turun ke hilir. Kawasan resapan air di gunung tercipta karena banyaknya pepohonan alami di sana. Kita tahu bahwa pohon punya sifat mengikat air dengan akar-akarnya yang ada di dalam tanah, kalau tercipta pepohonan maka ikatan akar-akar terhadap air akan lebih besar. Sehingga ketika hujan datang air tidak begitu saja turun mengalir ke hilir tanpa disimpan di hulu dengan baik. Penyimpanan air di hulu itu akan melalui proses penyaringan alamiah hingga akhirnya bisa jadi air konsumsi.

Kondisi ekosistem gunung yang sudah tak lagi baik bisa dilihat dari warna hijau yang tadinya menyelimuti pegunungan. Dari kaki gunung hingga kawasan punggung atau lereng gunung. Yang dialami gunung Ciremai sudah tidak seperti dulu. Perusakan ekosistem gunung dengan pembukaan lahan, penebangan hutan tak "berperikelingkunganan" membuat ekosistem alamiahnya berubah. Buktinya bisa kita lihat kondisi gunung Ciremai sekarang, bandingkan dengan beberapa tahun lalu. Mungkin bagi penduduk kaki gunung terdekat tidak bisa melihat perubahan gunung secara keseluruhan, tapi buat warga yang berada relatif jauh, pemandangan gunung bisa terlihat secara keseluruhan. Dan memang sekarang punggung atau lereng gunung Ciremai tampak botak, ada sisi punggung gunung yang sudah tak berwarna hijau. Sisi kanan gunung berdasarkan pandangan kita (memandang dari arah Kota Cirebon), bagian punggung dan kaki gunung tampak botak, sepertinya terjadi perusakan hutan di wilayah itu, kemudian punggung gunung hingga kaki gunung bagian tengah pun nasib sama. Entah siapa yang melakukan eksploitasi tersebut. Apa yang dilakukan itu akan berdampak terhadap keseimbangan alam di sana. Kegersangan gunung Ciremai akan tampak jika musim kemarau.

Paman saya pernah bekerja di hutan Kalimantan. Di sana dikenal sebagai paru-parunya Indonesia karena lebatnya hutan. Tapi itu dulu, kini kondisi hutan di Kalimantan sudah memperihatinkan karena ekploitasi hutan yang berlebihan. Paman saya bilang, bohong kalau hutan yang rusak jika ditanam kembali akan mampu kembali seperti semula. Kenapa? Karena butuh waktu yang sangat lama sekali untuk satu pohon tumbuh besar sama seperti pohon-pohon yang sebelumnya ditebang. Kalau pun tumbuh pun akan kerdil. Dan kemampuan tumbuhnya sudah pasti lambat. Hutan yang ada sekarang bisa dipastikan dihuni oleh pepohonan baru, karena pepohonan asli ketika hutan masih perawan sudah habis dieklploitasi. Reboisasi memang penting, meski kualitas hutan alami seperti sediakala akan perlu waktu lama, namun cara untuk mengembalikan hutan kesediakala tidak pernah dilakukan sungguh-sungguh. Akhirnya yang terjadi adalah hutan selalu tampak gundul, meski katanya reboisasi sudah dilakukan. Karena hutan yang sudah gundul itu, perlu perlakuan khusus, jadi tidak bisa asal sembarang tanam.

Hal lain yang menyebabkan berkurangnya volume air yang disalurkan ke rumah-rumah tangga adalah karena meningkatnya rumah tangga pengguna air bersih PDAM. Kita tahu perkembangan penduduk begitu pesatnya, sehingga kebutuhan perumahan meningkat, otomatis konsumsi air bersih juga meningkat. Kota Cirebon dulu tahun 1990an sangat sepi, tidak seramai sekarang. Apalagi kawasan perumahan sekitar rumah saya, di perumnas. Sekarang wilayah perumnas sudah ramai sekali, berbagai macam komplek perumahan dari yang cluster, hingga perumahan BTN dibangun. Keadaan ini juga mempengaruhi tingkat konsumsi air PDAM. Sehingga wajar jika air yang mengalir sudah tak lagi deras, karena terbagi dengan rumah-rumah tangga lain. Ditambah lagi pasokan air dari hulunya berkurang karena cadangan air di gunung saja sudah tak seperti dulu.

Terpenting yang harus dicatat, apa yang dibicarakan di sini adalah bagaimana sekarang kita mengembalikan kondisi hutan seperti dulu, kembali hijau dan lebat. Sehingga air yang datang dari hujan bisa ditampung, diserap maksimal tanah, agar proses siklus air berjalan baik. Pemerintah daerah terkait dimana gunung Ciremai ada harus bekerja sama menjaga gunung Ciremai. Karena tidak bisa dipungkiri gunung Ciremai jadi sumber kehidupan kabupaten kota di bawah kakinya. Meski kab. Kuningan yang berbatasan langsung dengan gunung Ciremai bukan berarti tanggung jawab hanya ada di kabupaten tersebut. Kabupaten Kuningan juga tidak bisa seenaknya mengeksploitasi sumber daya dari gunung Ciremai tanpa memperhatikan kesimbangan ekosistem di sana. Jadi intinya perlu ada sinergi kebijakan lingkungan untuk memperhatikan ekosistem gunung Ciremai. Karena kembali lagi untuk kepentingan bersama serta kelangsungan hidup anak cucu di wilayah sekitar gunung Ciremai.

Selama ini yang terjadi daerah-daerah di bawah kaki gunung Ciremai tidak akur dalam mengurus gunung ini. Yang terjadi adalah sikap egois masing-masing daerah. Akhirnya tidak pernah terpikirkan dengan baik bagaimana menjaga hutan dan lingkungan alami gunung Ciremai sebagaimana mestinya. Manusia tidak akan lepas dari alam, karena sesungguhnya manusia selalu butuh alam untuk hidup, dan alam tidak minta apa-apa untuk itu, hanya keiklasan manusia untuk menjaga alam yang ada seperti kondisi alamiahnya. Back to nature is choices, but care to the nature is must. Go green, go to green forest. Save a forest and water for earth (<< bahasa Inggris terjemahan bebas).

Posting Komentar

0 Komentar