Perilaku "dableg" Angkutan Kota

Angkutan umum kini dijadikan alternatif pilihan untuk mengurangi kemacetan yang mulai terjadi di kota-kota besar. Penggunaan angkutan umum dalam berkativitas di dalam kota dan antarkota sedang gencar di kampanyekan. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi kepadatan yang terjadi di jalan raya. Kepadatan terjadi karena tidak seimbangnya pertumbuhan infrastruktur jalan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan, baik roda dua maupun roda empat atau lebih.
Pengurangan penggunaan kendaraan pribadi baik roda dua dan roda empat atau lebih dilakukan untuk dialihkan ke penggunaan angkutan umum, sehingga beban jalanan terhadap kendaraan pribadi tersebut bisa berkurang, sehingga lambat laut kemacetan bisa dikurangi, meski tidak akan mungkin zero crowded. Kendaraan pribadi bisa saja digunakan tetapi hanya di waktu tertentu saja, bila jam sibuk dianjurkan untuk beralih ke angkutan umum. Itulah yang kini sedang dikampanyekan pemerintah daerah yang daerahnya termasuk ke dalam kota berpenduduk padat dan perekonomiannya tergolong baik.

Angkutan umum
Angkutan umum merupakan salah satu media transportasi yang digunakan masyarakat secara bersama-sama dengan membayar tarif tertentu. Seperti yang sudah disinggung sedikit di atas, angkutan umum mempunyai lawan kata dari kendaraan pribadi. Pengertian lain mengenai angkutan umum adalah kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan orang dan/ atau barang yang disediakan untuk umum dengan dipungut bayaran baik dalam trayek atau tidak dalam trayek, dengan menggunakan tanda nomor kendaraan dengan dasar kuning dan tulisan hitam.
Angkutan umum sendiri dibagi ke dalam beberapa jenis, menurut dimana angkutan tersebut dioperasikan  yaitu angkutan umum jalan raya (contohnya angkot, bus, taxi, bus tanggung, transit bus dll), angkutan umum rel (kereta api, lori), angkutan umum laut (kapal laut) dan angkutan umum udara (pesawat terbang).

Secara garis besar kita sudah memahami pengertian dari angkutan umum. Nah, di sini saya tidak ingin membahas satu persatu. Apa yang saya berikan di atas hanya sebagai pengantar dan berbagi informasi saja. Inti yang ingin saya bahas adalah soal angkutan jalan raya, terutama merujuk pada moda transportasi dan tingkah laku mereka di jalan raya. Seperti angkutan kota, metromini, kopaja, mikrolet, bajaj, elf angkutan antardaerah dll. Semua itu merupakan moda transportasi jalan raya yang kerap saya perhatikan perilakunya di jalan raya.
Seperti di Kota Cirebon asal saya, di sana perilaku supir angkutan kotanya sungguh tak taat aturan, pelanggaran rambu lalu lintas, bekendara ugal-ugalan dan kebut-kebutan dalam rangka rebutan penumpang, belum lagi kalau sudah bersinggungan dengan pengendara lain karena tertabrak atau cara berkendara yang tak santun.  Belum lagi soal perilaku yang sulit diatur dari mereka itu, mereka sudah diharuskan memakai seragam tetapi tetap saja hal tersebut tidak diperhatikan. Diajarkan untuk patuh dihal yang sederhana saja mereka tidak bisa, itulah yang saya bilang mereka itu "dableg". Dableg merupakan bahasa daerah untuk menunjukan sikap bebal seseorang meski telah sering kali diberitahu.
Itulah perilaku buruk supir angkutan kota. Sama saja seperti yang terjadi di Cirebon itu, juga terjadi di daerah lain yang pernah saya kunjungi. Seperti di Tasik, lalu di Bogor, Depok, sampai di ibukota Jakarta. Perilaku berlalu lintas supir angkutan kota sangat tak pantas untuk dicontoh. Malah menurut saya justru merekalah yang menjadi biang kemacetan selama ini. Pendapat yang sering kali saya kemukakan di postingan saya mengomentari soal kemacetan dan kesemsrawutan di jalan raya.
Terkadang singgungan yang terjadi di jalan raya antara angkutan umum dan kendaraan pribadi baik motor dan mobil adalah karena perilaku yang kurang santun dan tertib. Apalagi kalau kondisi cuaca sedang teriknya, semakin menambah tingkat emosi di jalan, sehingga singgungan akan berakhir konflik, bisa adu mulut sampai adu jotos. Sering saya jumpai kesalahan banyak dilakukan pihak angkutan umum.
Sepertinya para pengemudi dari angkutan umum dan kendaraan pribadi harus mendapat pendidikan berlalu lintas yang baik dan benar. Pendidikan itu bisa diberikan ketika ujian perolehan SIM atau melalu sosialisasi lainnya yang gencar, sehingga prilaku berlalulintas yang baik dan benar bisa diaplikasikan di jalan ketika berkendara. Mungkin dengan begitu masalah kemacetan dan kurangnya kesadaran tertib berlalulintas bisa diminimalisir.

Sekarang kita diajak untuk beralih menggunakan jasa mereka untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Tetapi yang tadi saya bahas soal prilaku mereka dilihat dari luar, belum lagi soal hal-hal lain yang bersumber dari dalam kendaraan-kendaraan angkutan umum yang digunakan. Sisi keamanan, ketertiban dan kenyamanan jadi alasan memilih atau menolak penggunaan angkutan umum. Belum lagi waktu tempuh yang relatif lama bila menggunakan jasa mereka membuat penolakan terhadap penggunaan angkutan umum semakin besar. Dan itulah yang masih terjadi sekarang. Kalau semua itu pelan-pelan sudah dibenahi, lama-lama pengguna kendaraan pribadi pasti akan beralih. Semoga demikian (^-^)/


Posting Komentar

0 Komentar