Minggu Palma, @St. Paulus, Depok

"... Jerusalem, Jerusalem, Lihatlah Rajamu ..."
Masa prapaskah tahun ini sudah masuk minggu terakhir. Masa memasuki kisah sengsara dan tri hari suci hampir tiba. Di awal minggu ini sudah ditandai dengan Minggu Palma. Perayaan dimana Dia, Yesus disambut sebagai Raja di Jerusalem. Yesus masuk Jerusalem dengan elu-elu sorak-sorai penduduk Jerusalem, lambaian daun palma dan kain, serta jubah ditebarkan sebagai alas ketika Yesus datang masuk menuju kota Jerusalem dengan menunggang seekor keledai. Begitu riuhnya peringatan tersebut, sekaligus sebagai awal dimulainya Kisah Sengsara Yesus Kristus.

Ini minggu palma ketiga saya ikut di Depok, di Gereja Katolik St. Paulus. Di minggu ini ada pesan yang disampaikan. Ada pesan yang disampaikan melalui kutipan injil, di awal perayaan yaitu waktu pemberkatan daun palma di halaman gereja dan di pertengahan ketika bacaan injil kisah sengsara Yesus. Kutipan itu memberikan sesuatu makna yang berbeda. Kutipan pertama, ditampilkan bahwa penduduk Jerusalem mengelu-elukan Yesus sebagai Raja, dengan segala sorak-sorainya. Sedangkan di kutipan kedua menunjukan hal yang sebaliknya, Yesus seakan-akan dicampakan dan dijebloskan dengan hukuman mati di salib, seakan-akan apa yang telah terjadi ketika peristiwa Yesus dielu-elukan sebagai Raja dilupakan begitu saja.
Apa yang terjadi itu merupakan gambaran yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita sehari-hari juga bertingkah sama seperti penduduk Jerusalem kala itu. Terkadang kita tampak dekat dan punya relasi baik dengan Tuhan, tapi di saat yang berlainan kita bisa meninggalkan Dia dan tidak mengindahkan segala firman Nya. Itulah realitas yang terjadi dalam kehidupan kita sekarang ini, itulah refleksi kehidupan kita sekarang. Sesuatu yang harus kita hadapi sebagai tantangan hidup. Maukah kita hidup dengan refleksi seperti itu? Apakah pengorban Yesus bagi kita, harus kita balas dengan pengkhianatan seperti apa yang dilakukan Yudas? Hanya kita yang bisa menjawab. Jawaban terbaik, akan datang melalui iman yang kita yakini tentunya.
Setidaknya itu makna dari pesan firman Allah yang disampaikan melalui khotbah Romo Urbanus yang saya tangkap. Romo Urbanus sore ini yang memimpin misa. Melalui pesan firman Allah sore ini kita (termasuk saya) diutus untuk tidak menjadi seperti Yudas. Keyakinan dan keteguhan yang benar untuk terus menjaga relasi yang baik dengan Tuhan dan sesama terus-menerus, sepanjang waktu sampai waktunya tiba kita kembali kepada Nya.
Romo Urbanus memberikan refleksi penutup dengan sebuah cerita. Cerita ini tentang Leonardo Da Vinci yang akan membuat lukisan tentang perjamuan terakhir. Leonardo bingung untuk mencontoh siapa untuk objek lukisannya itu. Di lukisan itu dia harus menggambar Yesus berserta murid-muridnya. Dia bingung mencari objek contoh figur Yesus untuk dilukis. Karena sangat jarang sekali figur Yesus dengan citra yang sempurna luar dalam.
Akhirnya Da Vinci menemukan figur yang sesuai dengan apa yang mau dia lukis. Akhirnya Da Vinci melanjutkan untuk melukis murid-muridnya. Sampai pada melukiskan murid Yesus terakhir, Yudas. Kembali Da Vinci menemui kesulitan mencari figur yang seperti Yudas. Akhirnya memang Da Vinci menemukan figur yang dia cari di sebuah pengadilan, ada terdakwa yang tampaknya serupa dengan figur Yudas. Akhirnya dipilihlah dan menjadi bahan objek lukisannya. Tengah Da Vinci melukis, objek tersebut menangis. Da Vinci menanyakan kepada orang itu, kenapa dia menangis. Orang itu menjawab, tidakkah kau ingat, bahwa saya lah yang sebelumnya jadi objek untuk melukis figur Yesus.

Cerita di atas bisa jadi bahan refleksi kita, tentang apa yang disampaikan romo melalui khotbahnya di Minggu Palma sore ini. Semoga jadi peringatan bagi kita (termasuk saya) untuk bisa jadi murid Yesus yang punya
keyakinan dan keteguhan yang benar untuk terus menjaga relasi yang baik dengan Tuhan dan sesama terus-menerus, sepanjang waktu sampai waktunya tiba kita kembali kepada Nya. Semoga demikian, Amin. Selamat Minggu Palma \(^_^)>

Posting Komentar

0 Komentar