Persengketaan
Statement Mantan Menteri Penerangan Malaysia terhadap Tokoh-tokoh Bangsa
Indonesia
Belum lama ini, media nasional dan bahkan telinga
seluruh masyarakat Indonesia dibuat gerah dengan statement yang dilontarkan
seorang mantan Menteri Penerangan Malaysia, beliau ialah Tan Sri Zainudin
Maidin.
Statement pertama ketika mantan menteri penerangan
Malaysia ini membuat tulisan berjudul “Persamaan BJ Habibie dengan Anwar
Ibrahim” di koran pemerintah Utusan Malaysia tentang mantan Presiden RI,
Habibie. Statement kedua ketika sang
mantan menteri penerangan Malaysia itu kembali membuat tulisan yang serupa
mengomentari mantan Presiden RI Alm. Gusdur.
Setelah statement kedua Zainudin ini, pikiran saya
jadi terbuka. Terbuka dalam arti bahwa kita tidak perlu menanggapi apa yang
disampaikan Zainudin ini terlalu berlebihan, karena bila itu dilakukan, hanya
akan memperkeruh masalah. Hubungan Indonesia dan Malaysia memang sedari dulu
tidak bisa akur, selalu saja ada masalah-masalah kecil atau besar yang
memperkeruh hubungan kedua negara.
Media di Indonesia sendiri, saya lihat cukup gerah
menanggapi tulisan dari Tan Sri Zainudin Maidin. Saya sempat menonton acara
berita di salah satu stasiun televisi, yang mengajak telekonferen dengan Tan
Sri Zainudin Maidin. Dari pembicaraan itu saya menangkap sesuatu, bahwa apa
yang disampaikan Tan Sri Zainudin Maidin ini jelas memang hanya opini
pribadinya, yang merasa bahwa pemimpin-pemimpin besar Indonesia ikut campur
dalam urusan politik dalam negeri Malaysia. Ada pandangan-pandangan pemimpin
besar Indonesia yang dianggap Tan Sri Zainudin Maidin tidak sesuai dengan adat
istiadat dan kebudayaan bangsa Malaysia. Terlihat jelas dari
pandangan-pandangan yang dilontarkan begitu menggebu-gebu ketika diminta
tanggapan mengenai statementnya itu. Seakan-akan ada ketakutan atau paranoid
terhadap pengaruh perkembangan demokrasi di Indonesia terhadap Malaysia.
Inti pembicaraan yang saya tangkap adalah Tan Sri
Zainudin Maidin punya pandangan bahwa plurarisme yang berkembang di Indonesia
tidak boleh berkembang di Malaysia. Kemudian, ini menyoal kepada persaingan
politik antara partai yang didukungnya dengan Datuk Anwar Ibrahim, yang
dianggap sebagai tokoh revolusioner di Malaysia. Dukungan baik resmi maupun
tidak dari pemimpin Indonesia yang dikritisi itu dianggap Tan Sri Zainudin
Maidin sebagai campur tangan terhadap kehidupan politik di Malaysia. Tan Sri
Zainudin Maidin mengganggap Malaysia sudah cukup mapan dengan kondisi sekarang.
Soal pluralisme sebenarnya yang jadi inti, Tan Sri Zainudin Maidin tidak mau
Malaysia berkembang seperti Indonesia yang mengakomodir semua bentuk
kepercayaan. Menurut Tan Sri Zainudin Maidin di Malaysia hanya mengakui satu
kepercayaan resmi negara adalah Islam sebagai agama resmi, tidak ada yang lain.
Kemudian juga, Tan Sri Zainudin Maidin saya anggap takut atau paranoid bila kehidupan
politik di Malaysia berkembang seperti reformasi di Indonesia, yang
mengedepankan revolusi untuk menggulingkan sebuah kekuasaan ketika menemui
jalan buntu.
Saya melihat bahwa Tan Sri Zainudin Maidin masih
‘keukeh’ dengan pendapatnya dan sampai kapan pun statement yang dikeluarkannya
akan terus membuat gerah kuping kita bangsa Indonesia. Sekarang tinggal kita
yang berpikir cerdas. Sebenarnya bila dipikir-pikir, tokoh pemimpin-pemimpin
Indonesia punya pengaruh yang cukup luar biasa di negara-negara sekitar
Indonesia, sampai membuat ‘ketakutan’ bagi mantan pimpinan pemerintahan negara
lain, dalam hal ini Malaysia. Di sinilah kebanggaan bagi kita punya tokoh-tokoh
yang berpengaruh, terutama di tingkatan asia tenggara.
Besok-besok
apabila ada tokoh-tokoh bangsa kita yang menjalin hubungan resmi atau tidak
resmi dengan lawan politik dari Tan Sri Zainudin Maidin, bisa saja tokoh
tersebut akan jadi topik kritik Tan Sri
Zainudin Maidin. Jadi bagi yang ingin terkenal dimata Tan Sri Zainudin Maidin
cobalah untuk menjalin hubungan dengan lawan politik Tan Sri Zainudin Maidin.
Ini hanya gurauan saja, kalau ini dilakukan malah akan memperkeruh masalah yang
ada. Jadi sekarang, mudah-mudahan kita jadi warga yang cerdas untuk tidak
terpengaruh pandagan-pandangan pribadi Tan Sri Zainudin Maidin. Ada baiknya
kita sebagai warga Indonesia mengkritisi kebijakan pemerintah Malaysia yang
memang benar-benar merugikan bangsa kita, seperti soal TKI, atau hal-hal lain
yang lebih mengena langsung terhadap harkat marabat bangsa kita. Bukan berarti
fitnah yang disampaikan terhadap Habibie dan Alm. Gusdur kita abaikan begitu
saja, kita juga berharap pemerintah kita bisa ambil keputusan untuk
memperjuangkan hal ini di jalur diplomasi yang lebih elegan. Semoga masalah ini
bisa selesai dengan baik. Amin. Cpr.
0 Komentar
Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6