Proyek Mobnas "anget-anget tai kucing"

Beberapa waktu lalu dengung mobil nasional ramai dibicarakan, ketika mobil karya anak-anak sekolah menengah kejuruan diperkenalkan ke khalayak banyak. Melalui brand ambasadornya ketika itu Jokowi. Mobil hasil rakitan dan produksi anak-anak sekolah di Solo ini telah mencuri perhatian bangsa Indonesia, sehingga muncul asa bahwa mobil ini bisa menjadi mobil nasional. Kiat Esemka, itu nama yang disematkan pada mobil yang diperkenalkan kala itu.
Dengung Kiat Esemka tak berlangsung lama, ketika mobil itu dipertanyakan kelayakannya oleh sebagian orang. Mobil itu pun harus melewati masa uji kelayakan, agar dianggap layak jalan. Beberapa kali mobil ini masuk ke balai uji kelayakan, namun hingga kini belum ramai lagi dibicarakan bagaimana hasil uji kelayakannya.
Secara kasat mata, mobil ini memang layak, elegan, nyaman jauh lebih layak dibandingkan kendaraan-kendaraan angkutan massal yang ada di Jakarta, yang mana kendaraan itu bebas beroperasi di jalan ibukota negara padahal jelas-jelas tidak layak jalan sama sekali. 
Kini ada lagi proyek mobil nasional yang mencuat ke permukaan. Berbeda dengan calon mobil nasional sebelumnya. Mobil yang kali ini memang sungguh ramah lingkungan, lain dengan mobil konvensional biasa yang memanfaatkan bahan bakar fosil. Pada mobil ini 100% go green, karena memanfaatkan tenaga listrik. Mobil listrik ini lahir dari tangan ahli teknik tanah air, yakni Dasep Ahmadi, yang bermarkas di daerah Depok, Jawa Barat.
Mobil listrik ini mencuat ketika Dahlan Iskan, yang sebagai Menteri BUMN mencoba mensuport karya anak bangsa ini, dalam rangka membantu mengurangi konsumsi bahan bakar fosil. Jadi tidak heran bila Dahlan Iskan disebut sebagai brand ambasador mobil listrik ini. Bahkan sampai pak menteri rela ikut dalam uji coba mobil ini. Mobil ini diberi nama sesuai pembuatnya, Ahmadi Mesin.
Sama seperti Kiat Esemka, mobil listrik Dasep pun punya kelemahan yang perlu diperbaiki dan dikembangkan lagi. Beruntung untuk kasus mobil listrik,  belum ada regulasi tertentu yang menentukan mobil ini layak atau tidak mengaspal di jalanan. Belum adanya regulasi ini tentunya lebih membantu mobil listrik ini untuk didukung.
Di Indonesia, pepatah "anget-anget tai kucing" selalu berlaku. Gembar-gembor tentang topik tertentu akan hangat selama beberapa waktu, setelah itu hilang begitu saja. Topik ini bisa saja mengenai kasus-kasus yang sedang hot berkaitan dengan perpolitikan, kasus sosial masyarakat, kebijakan pemerintah, bahkan sampai proyek-proyek nasional yang sebenarnya bermanfaat. Semua topik-topik yang mencuat di media kesemuanya punya brand ambasadornya. Saya katakan demikian, karena setiap topik yang mencuat selalu ada tokoh yang 'ikut' di dalamnya.
Bagi dunia marketing, tokoh brand ambasador sangat berperan dalam membuat suatu merk atau sesuatu yang diperkenalkan itu semakin berkesan di khalayak konsumennya. Tapi berbeda dengan brand ambasador yang saya bahas di atas. Tokoh-tokoh itu hanya terkenal beberapa saat saja dan setelah itu dilupakan berikut dengan sesuatu yang diperkenalkannya.
Proyek mobil nasional sebenarnya sangat potensial dikembangkan, mengingat Indonesia merupakan bangsa penikmat produk otomotif impor. Pasar Indonesia sungguh potensial, seharusnya mobil nasional bisa berkembang di Indonesia, ditambah bumbu-bumbu nasionalisme membuat mobil nasional pasti laku.
Dukungan utama memang jatuh di tangan pemerintah. Dengan dukungan pemerintah dipastikan proyek nasional ini bisa berjalan. Lihat saja negara tetangga kita, Malaysia. Mereka punya proyek mobil nasional yang telah meng-internasional. Merk Proton bahkan sudah berkelana kemana-mana. Kokohnya Proton di dalam negeri membuatnya mampu berkelana memperkenalkan diri sebagai produk bangsanya, yakni Malaysia. Kenapa Indonesia tidak bisa?
Sekarang, setelah gembar-gembor mobil listrik selama beberapa minggu, sekarang mulai sayup-sayup. Apakah proyek mobil listrik bisa berlanjut terus? Apalagi bila nanti, tanpa seorang brand ambasador dari seorang menteri, apa masih bisa maju terus proyek mobil listrik ini? Lalu bagaimana kelanjutan proyek mobil garapan putra-putri bangsa seperti Kiat Esemka? Semua yang terjadi di Indonesia akan selalu dipertanyakan, karena itu tadi hanya "anget-anget tai kucing".
Bagi saya pribadi, proyek-proyek apa pun yang dibuat, asalkan memang menyasar pada kebutuhan rakyat kecil pasti akan didukung. Toh saya sendiri memposisikan sebagai rakyat kecil. Asalkan segala sesuatu mudah dijangkau, kebutuhan-kebutuhan dasar tercukupi, semua bisa dipenuhi oleh negara, pasti apapun yang baik akan didukung. Tetapi bila yang terjadi sebaliknya, proyek yang dibuat hanya bisa dinikmati kalangan tertentu saja, jangan harap proyek tersebut bisa jalan dengan lancar dan dicintai rakyatnya. Harapan untuk Indonesia yang mandiri tetap ada, selama negara ini masih berdiri dan berdaulat. Cpr.

Posting Komentar

0 Komentar