Foto : Sindiran rakyat yang tergambar di tiang pancang di belakang Gedung DPR/MPR | [Sumber : Dokumentasi cocoper6] |
Baru-baru ini sedang
mencuat kasus terbaru yang menyangkut oknum yang ada di institusi Polri.
Kasusnya tidak lain dan tidak bukan adalah kasus korupsi. Biasalah oknum polisi
yang memanfaatkan wewenangnya karena jabatan elit di institusinya.
Kasus korupsi kali ini
melibatkan oknum petinggi polri yang ketika kasus itu terjadi menjabat di
divisi Korlantas Polri. Sekarang oknum polisi itu menjabat sebagai Direktur
Akpol. Kasus ini berawal saat pengadaan mesin simulator sim tahun 2011, baik
motor dan mobil, angkanya cukup luar biasa berkisar Rp 80-90 miliar (perkiraan
sementara), bahkan ada informasi anggaran untuk proyek itu berkisar Rp 189
miliar. Mulai dari mark up anggarannya sampai soal perusahaan tendernya.
Nah, masalah muncul
ketika KPK sebagai institusi yang dibenci para koruptor mulai mengendus kasus
ini, dan mulai mengobok-obok institusi Polri yang mana dua institusi ini
sama-sama berkerja membela keadilan dan kebenaran. Polri sendiri terkesan ya
melindungi oknum jendral-jendralnya. Meski mereka secara langsung membantahnya.
Ya iyalah, mana ada “maling teriak maling”.
Usaha KPK sempat terhenti
saat proses penyelidikan dengan menggeledah markas polri untuk mencari bukti,
karena terkesan dihalang-halangi pihak polri. Namun hal ini disanggah, hal itu
terjadi karena adanya kesalahpahaman saja. Wajar saja polri seperti kebakaran
jenggot, karena oknum yang terciduk ini merupakan petinggi Polri di divisi lalu
lintas meskipun ada yangsudah pindah jabatan.
Meski begitu KPK tetap
bekerja, dan baru-baru ini KPK menerbitkan beberapa tersangka dari hasil
penyelidikannya sementara. Ada lima tersangka yang KPK sebutkan.
Polri sendiri sepertinya
tak mau kalah, mereka pun menyebutkan beberapa tersangka di kasus serupa. Namun
ada perbedaan dari tersangka dari yang disebutkan KPK dan Polri. Perbedaan itu
terletak pada nama petinggi polri yang terlibat tidak dimasukan dalam daftar
nama tersangka. Justru yang disebutkan adalah bawahan dari petinggi polri yang
dimaksud saat terjadinya kasus itu.
Biasanya, pada setiap
pekerjaan atasan selalu jadi ujung tombak, meskipun atasan punya bawahan yang
bertugas pelaksana teknisnya, namun bila ada masalah yang terjadi pada bawahan
atau bawahannya melakukan kesalahan, biasanya atasan yang bertanggung jawab.
Tetapi kasus kali ini berbeda, atasannya justru “diamankan”, sehingga biar
bawahannya yang menerima itu sanksi atas keslahan “bersama-sama” itu. Saya
yakin, oknum petinggi polri itu tahu mengenai “permainan” ini, atau mungkin
“tutup mata” asal ada upeti masuk ke rekeningnya.
Pikiran saya ini bukan
asal saja, karena sudah banyak kasus terjadi modusnya seperti ini. Orang-orang
di jabatan tinggi terkadang memanfaatkan jabatan serta wewenangnya untuk
mencari keuntungan pribadi, dengan modus “tutup mata” jika memang tidak
terlibat langsung. Bila kasusnya mulai terendus publik, jurus yang mereka
lancarkan adalah “ngeles”, seperti bajaj yang bermanuver diantara kemacetan.
Sekarang ini tinggal
bagaimana KPK menindaklanjuti kasus ini agar kasus korupsi seperti ini tidak
lagi “menguap”. Jangan sampai seperti pepatah “anget-anget tai kucing”. Sudah
banyak contoh-contoh kasus yang sepertinya menguap begitu saja setelah santer
diperdebatkan. Alih-alih dibenturkan pada kekuasaan yang lebih tinggi, kasus
tersebut akhirnya menguap entah kemana, dan menjadi tidak jelas, bahkan jadi
terkesan basi.
Kali ini KPK akan kembali
berhadapan dengan Polri, setelah beberapa tahun lalu muncul kisah cicak vs
buaya. Kini yang terjadi adalah cicak vs buaya jilid II. Saya pribadi lebih mendukung
KPK dibandingkan Polri. Karena dalam kasus ini Polri yang akan “dibersihkan”,
tidak mungkin bila Polri yang akan melakukan aksi bersih-bersih tetapi sapunya
kotor.
KPK harus berani
mengungkap kasus ini dan menghukum petinggi Polri yang menurut KPK layak
menjadi tersangka, seperti nama-nama yang sudah disebutkan oleh KPK. Kalau KPK
tidak berani, atau beberapa waktu lagi kasus ini menguap atau KPK “tumpul”
dalam menindak, habislah rasa keadilan di negeri ini. KPK lebih diharapkan
untuk membersihkan “sampah-sampah” negeri ini dari oknum korup. Semoga KPK
mampu dan bertindak menurut hati nurani untuk rasa keadilan rakyat Indonesia.
KPK ada dari rakyat untuk rakyat. Cpr.
4 Komentar
Ayo semua dukung KPK dalam upaya memberantas korupsi di tubuh Polri, please kunjungan baliknya! -KPK vs Polri
BalasHapusAlways dukung KPK meskipun KPK sedang digembosi oleh rekan kerja sesama penegak hukum, alias Polri. Hidup terus KPK, maju terus pantang mundur! Hati-hati akan jebakan yang dibuat 'mereka' (Polri). Karena mereka licik!
Hapussalam kenal ijin meyimak pak
BalasHapusSilakan saja, terima kasih sudah mampir ; )
HapusTinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6