Lingkaran Dendam


Perang selalu saja menimbulkan korban, baik pasukan yang berperang bahkan terkadang warga sipil yang tak berdosa ikut menjadi korban. Darah selalu tertumpah sia-sia. Tiap hari korban jatuh di daerah konflik. Tiap korban yang jatuh selalu melahirkan dendam. Dendam dari pihak yang diserang, penyerang, bahkan dari mereka warga sipil pun bibit dendam lahir. Di sinilah lingkaran setan dendam terus berputar. Kematian bagi mereka harus dibalas lagi dengan kematian. Entah siapa yang memulai, tetapi hal ini akan terus terjadi sampai ada yang berani memutus lingkaran itu.
Belum lama ini AS melalukan operasi rahasia di Pakistan demi mengejar gembong teroris nomor satu di mata AS, Osama bin Laden. Misi rahasia yang dipersiapkan beberapa waktu demi mematikan gembong teroris ini akhirnya berhasil, misi dinyatakan complete. Pasukan khusus Neavy Seal berhasil menembak mati Osama. Tapi apa yang dilakukan AS ini ternyata kembali melanjutkan lingkaran dendam. Orang-orang pendukung Osama yang gencar melawan AS pun berang dan berjanji akan membalas kematian Osama.
Tak lama setelah kematian Osama, misi balas dendam itu mulai dilancarkan. Korban pertama di mulai dari Paskitan. Pemerintah Paskitan dianggap pro AS, dan dianggap  bertanggung jawab atas kematian Osama pimpinan yang mereka (orang-orang pendukung Osama) segani. Dua buah bom bunuh diri meledak Jumat (13/5) pagi dan menewaskan 80 orang dan 140 orang terluka. Bom yang meledak ini terjadi di depan sebuah pusat pelatihan Kepolisian Perbatasan Pakistan di Kota Shabqadar, Distrik Charsadda, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan barat laut.
Korban yang tak berdosa berjatuhan seketika bom itu meledak. Pertumpahan darah jelas terjadi. Sungguh ironis, kematian satu orang dibalaskan dengan kematian puluhan orang. Inilah lingkaran dendam. Ini hanya peristiwa yang terjadi sekarang. Peristiwa yang terjadi sekarang atau nanti merupakan efek dari bibit dendam yang ditanam beberapa waktu silam. Bibit dendam yang ditanam karena tidak adanya rasa saling pengertian diantara mereka yang berselisih. Konflik kepentingan terjadi begitu lama, yang akhirnya berkelanjutan hingga kini.
Kematian seseorang menjadi hal yang wajar. Nyawa begitu tak berharga, dendam menjadi sesuatu yang harus diagungkan. “Kamu mencubit, saya mencakar. Kamu menggigit, kamu saya makan”, itulah yang terjadi diantara mereka. Darah manusia yang dianggap musuh menjadi ‘halal’ bagi mereka yang berseteru. Nilai-nilai kehidupan sudah tak lagi mereka junjung, hanya dendamlah yang ada dibenak mereka yang berseteru saat ini.
Mereka yang berseteru tidak pernah memikirkan nasib orang-orang yang tidak berdosa, orang-orang yang jelas-jelas tidak ikut dalam konflik mereka. Ketenangan, rasa aman dan hak untuk hidup yang jelas menjadi hak asasi orang-orang yang tak berdosa seakan-akan dirongrong lingkaran dendam yang terjadi diantara mereka yang berseteru. Entah sampai kapan ini terjadi? Cuma mereka yang berseteru yang bisa menjawab.Cpr.

Posting Komentar

0 Komentar