Konsistensi Sikap Laki-laki


Kita sering mendengar kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) yang dilakukan seorang suami terhadap istrinya atau anggota keluarga yang lain. Umumnya KDRT dilakukan oleh laki-laki. Tindakan pemukulan, pelecehan seksual, atau penyiksaan dalam bentuk psikis kerap dilakukan laki-laki dalam keluarga. Bahkan ada kasus yang menyebakan korban KDRT ini mengalami trauma serius, dan ada pula yang menyebabkan kematian.
Laki-laki kerap melakukan kekerasan untuk menyelesaikan masalah. Dengan harapan dengan kekerasan tersebut masalah tidak menjadi panjang. Tapi kenyataan tidak semuanya mengikuti keinginan tersebut. Kekerasan yang dilakukan justru malah memperpanjang masalah, kekerasan ini merupakan bentuk kekerasan yang dilarang, semuanya sudah ada aturan yang mengaturnya. Oleh karena itu suami yang melakukan tindak kekerasan dalam keluarga sudah pasti akan terkena kasus hukum. Tidak hanya suami tapi siapapun yang melakukan KDRT akan terkena sanksi hukum. Tetapi umumnya pihak laki-laki atau suami yang kerap kali melakukan tindakan KDRT ini, maka hal ini patut menjadi perhatian khusus.
Kita tahu, sebelum memutuskan untuk melanjutkan ke hubungan lebih serius yaitu menikah, pasangan telah melakukan proses saling mengenal, melalu masa pacaran. Hendaknya masa pacaran ini dijadikan tahap pengenalan satu sama lain, bagaimana karakternya, bagaimana sikap masing-masing dalam menghadapi atau mengatasi masalah. Hal ini akan penting sekali, karena emosi yang tak terkendali dalam menghadapi atau mengatasi masalah kerap menjadi pemicu terjadinya KDRT.
Biasanya yang terjadi, ketika masa pacaran, masing-masing tidak terbuka mengenai diri pribadinya. Hal yang baik-baik saja yang kerap dimunculkan di depan pasangan. Demi untuk menarik simpati. Hal ini sebenarnya tidak baik untuk kedepannya. Masing-masing harus mengenal baik-buruk pribadi satu sama lain. Karena dari situ masing-masing akan mengerti bagaimana menyikapinya.
Egois, gengsi berlebih, cemburu berlebihan, emosi tinggi atau emosi yang meledak-ledak dll merupakan contoh-contoh sifat buruk masing-masing pribadi yang terkadang menjadi benturan-benturan dalam hubungan. Tidak selalu dalam berhubungan akan selalu disikapi dengan kegembiraan atau keceriaan, tetapi segala macam keadaan akan dihadapi berdua, dan hal ini harus disikapi bersama pula.
Kita sering lihat, dulu sewaktu pacaran si laki-laki begitu baiknya. Begitu penurut, apa saja dilakukan untuk kekasihnya, tetapi saat sudah menikah dan punya anak, keadaan ini berubah. Hal-hal baik yang muncul dulu semasa pacaran hilang begitu saja, malah yang muncul hal-hal buruk yang sebaliknya. Perhatian, rasa sayang, penurut dan hal-hal baik yang dulu menjadi kebanggaan si gadis sepertinya hilang begitu saja dari si laki-laki yang kini menjadi suaminya. Kenapa bisa begitu?
Maksud saya menulis ini karena pertanyaan yang sama. Saya sebagai laki-laki, sekarang pun saya punya seorang terkasih.  Selama berproses, saya selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk orang yang saya kasihi, tapi melihat kenyataan yang saya sebutkan di atas, saya bertanya dalam hati, apakah sikap saya ini akan berubah nanti? Dalam berhubungan saya tidak menutupi keburukan saya, saya coba mengalir begitu saja, karena inilah saya. Tetapi yang jelas saya selalu berusaha untuk mengurangi hal yang tidak baik yang ada pada diri saya. Agar pasangan saya nyaman.
Terlintas saya menulis hal ini karena mendengar cerita tentang pengalaman dari teman kerja kekasih saya. Temannya baru mengetahui kalau ibu kandungnya telah meninggal, ibunya meninggal karena mengalami KDRT saat sedang mangandung adiknya. Yang melakukan KDRT adalah ayah kandungnya sendiri, yang kini menjadi orang yang paling dibencinya. Tidak hanya cerita ini saja yang membuat saya bertanya dalam hati, apakah saya nanti akan melakukan hal yang buruk? Karena banyak sekali kasus-kasus serupa terjadi, padahal dulu si laki-laki merupakan lelaki yang baik saat berpacaran, tetapi saat menikah semuanya berubah.
Ini buat perenungan bagi saya, agar saya selalu instropeksi diri. Apa yang saya buat sekarang juga harus saya perbuat nanti. Saya akan berusaha menjadi yang terbaik buat orang yang saya kasihi, sampai nanti menuju proses yang lebih tinggi lagi. Semua kita yang mengusahakan, meskipun Tuhan yang menentukan, tetapi bila kita mau berusaha dan memang jalan yang  kita lakukan baik, Tuhan akan memberi petunjuk yang terbaik buat kita. Itu yang saya percaya. Meskipun jodoh di tangan Tuhan, kita wajib berusaha di jalanNya, karena segala yang baik Tuhan akan mengijinkan. Cpr.

Posting Komentar

0 Komentar