Pelayanan Prima oleh Polres Metro Depok


Beberapa bulan lalu, di televisi swasta, di sebuah acara musik yang tayang setiap pagi, ditayangkan live kebetulan sedang mengunjungi kantor-kantor pada jam kerja, hari itu yang dikunjungi adalah markas Polres Metro Depok. Di sana dilihatkan bahwa Polres Metro Depok punya sistem pelayanan terpadu dalam rangka melayani masyarakat terutama warga Depok.
Saya memang sering sekali mondar-mandir ke kota ini. Saya juga pernah sekali berurusan dengan Polantasnya, ketika saya ditilang (baca : Aparat Berompi Hijau dari Kaca Helm Saya). Nah kebetulan waktu saya ditilang itu, sepertinya belum ada sentra pelayanan macam ini. Rupanya Polres Metro Depok mulai berbenah. Kalau dilihat Polres Metro Depok lebih baik sedikit pelayanannya dibandingkan dengan Polresta Cirebon, karena sudah membuat tampilan dan cara baru dalam melayani, ya itu kelihatannya, mungkin subjektif dari kaca mata saya. Saya merasa di Polresta Cirebon masih saja ada praktek-praktek yang kurang benar, yang tidak sesuai prosedur, misalnya dalam buat SIM, SKCK, sidik jari terkadang syaratnya mereka buat susah, tetapi ada kalanya dengan syarat yang simpel semua itu bisa dibuat. Itu berdasarkan pengalaman dan semua hal yang saya lihat di Polres bersangkutan.
Nah, di Polres Metro Depok ini saya tidak tahu percis. Saya belum alami proses seperti yang saya alami di Cirebon. Cuma soal kritisi pelayanan, untuk di Depok ini masih kurang. Pelayanan prima yang mereka usung, belum pakai hati.
Sebelumnya saya mau cerita pengalaman saya, ini pengalaman terbaru lagi. Beberapa hari lalu, tepatnya Selasa, 26 April 2011, saya dapat musibah kehilangan dompet. Ceritanya bukan hilang karena saya tidak tahu hilang dimana, tapi saya jelas tahu hilangnya. Begini ceritanya, sedikit cerita. Pagi itu sekitar pukul 06.50, saya melintas dengan motot di Jalan Margonda, tepat di daerah sebelum Pesona Khayangan, dompet saya jatuh. Kondisi kendaraan saat itu cukup ramai, arus kendaraan pagi hari. Pengemudi motor lain memberi tahu saya, jarak dompet jatuh itu kurang dari 100 meter. Karena posisi motor saya di tengah jalan saya pinggirkan motor saya dulu. Saya berniat ambil itu dompet, saat saya mau menyebrang (kondisi jalan ramai, jadi perlu waktu untuk nyebrang), ada mobil sedan berhenti. Mungkin itu dompet tepat berada di bawah sisi kanan mobil itu dekat pintu supir, eh sama itu supir diambilah itu dompet. Saya coba kejar itu mobil tapi tidak dapat. Saya pikir itu dompet bakal diamankan di tempat yang benar, di kantor polisi mungkin. Ternyata tidak sampai hari ini.
Nah disitulah kisahnya, setelah itu, saya coba mengecek ke Polres Metro Depok, petugas bilang tidak ada yang lapor menemukan sebuah dompet. Sambil saya tanya semua polisi yang tugas di Jalan Margonda, mereka bilang tidak ada. Ya tanggapan macam-macam dari petugas itu, ada yang ramah “Coba saja hubungi Polres, barangkali di sana ada.”, ada yang ketus, hanya bilang “Tidak ada.” Ya, hanya sekedar tahu, balik lagi ke individu petugasnya bagaimana saat berhadapan dengan masyarakat yang membutuhkan jasanya.
Mulai dari Selasa, Rabu, Kamis saya coba hubungi polisi, tapi si pengambil dompet tidak menghantarkannya ke tempat yang semestinya. Ditambah lagi, petugas di Polres hanya sekedar menanggapinya angin lalu, tidak memberi ketenangan atau menyabarkan. Mereka hanya jawab sekenanya. Dalam hati, menyebalkan sekali. Saat itu saya juga coba masuk ke Sentra Pelayanan terpadu itu. Di sana memang ditanggapi dengan ramah. Namun, tidak ada tindak lanjutnya, maksudnya, paling tidak mereka bertanya nomor hp saya berapa, apabila ada laporan tentang temuan dompet saya bisa langsung dihubungi. Mereka hanya sarankan yang simpel, “Nanti siapkan saja fotokopi KK untuk KTP, terus no. rekening untuk ATM biar dibuat surat keterangan hilang.” Saya datang kesana bukan dapat tenang, malah tambah pesimis itu dompet bisa ketemu.
Pengalaman macam ini yang kembali menambah “mati rasa” sama petugas. Mau dibalut pelayanan terpadu macam apa pun, kalau mereka tidak melayani dengan hati, hasilnya akan sama saja. Suatu saat mereka yang mengalami kehilangan seperti saya, mereka akan tahu rasanya. Bukannya mendoakan, ya buat pelajaran petugas. Biasanya seseorang kalau belum kena tulahnya, sulit untuk bertenggang rasa. Sudahlah biarlah menjadi keluhan saya pribadi terhadap petugas penegak hukum yang katanya tugasnya melayani masyarakat. Hanya sekedar tahu saja, bahwa mereka belum berubah.
Di sini saya tidak hanya bercerita tentang pengalaman saya. Kebetulan saya masuk dalam ruangan sentra pelayanan terpadu itu, saya coba lirik sana-sini, melihat apa benar sih pelayanan yang ditawarkan Polres Metro Depok yang dulu sempet masuk televisi itu benar. Ya memang tidak jauh berbeda dengan yang ditampilkan di televisi. Yang berhasil saya buktikan adalah pelayanannya tanpa dipungut biaya, terbukti. Untuk membuat surat keterangan hilang tidak dipungut biaya sama sekali, alias gratis. Berbeda dengan di Polres Cirebon, dulu saya pernah urus surat keterangan hilang bayar Rp 50.000,00, katanya sih seiklasnya, saya bayar sepuluh ribu, mereka minta tambah. Lalu di Polsek Purwokerto, saya lupa Purwokerto bagian mana, tetapi seingat saya itu Jalan DR. Angka, di sana buat surat keterangan hilang bayar Rp 15.000,00 – Rp 20.000,00, dengan embel-embel seiklasnya, tetapi masih lebih baik di sini daripada di Cirebon, apa yang dikasi mereka terima.
Selama petugas mengetikan surat keterangan hilang, saya sempet mencatat hal-hal yang mereka usung, ya bisa dibilang moto atau apa ya, ya intinya mungkin pedoman dalam melayani di sentra pelayanan ini, antara lain : mempermudah urusan orang lain, mempercepat urusan orang lain, membuat orang lain merasa nyaman, membuat orang lain bekerja lebih baik, mencegah orang lain berbuat salah. Semua itu berada dalam satu tajuk “Pelayanan Prima”. Semoga saja tidak hanya sekedar tulisan yang terpasang di dinding kantor itu, tapi bisa dilaksanakan. Ada yang kurang menurut saya, “melayani dengan hati”, itu yang penting. Supaya petugas punya sedikit tenggang rasa pada masyarakat yang mengalami kesulitan biar tidak ada niat untuk memanfaatkan situasi. Ini memang yang saya alami, barang siapa tidak berkenan ya itu urusan anda, prinsip saya, kalau memang baik akan saya puji, kalau buruk sudah sepantasnya dikritik biar lebih baik. Cpr.

Posting Komentar

0 Komentar