Kebohongan

Pengertian bohong menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu tidak sesuai dengan hal (keadaan dsb) yang sebenarnya; dusta. Kata ‘kebohongan’ menurut psikologi-online, kebohongan bisa diartikan  yakni mengatakan sesuatu yang tidak ada padahal ada dalam realitasnya. Pendeknya, merupakan bohong bila bilang tidak pada yang ada, dan bilang ada pada yang tidak ada.  
Kebohongan menurut saya terjadi bila sudah ada bukti bahwa yang diucapkan dengan kenyataan terjadi perbedaan, ada kesenjangan. Jadi apabila saat suatu pernyataan diucapkan namun tidak ada bukti yang dia ucapkan itu tidak benar/ tidak ada, sepertinya belum bisa dikatakan kebohongan. Seperti contoh, kasus Ariel, sudah jelas-jelas bukti video menggambarkan pelaku asusila dalam video tersebut adalah dirinya, bahkan ditambahkan lagi oleh pasangan asusilanya dalam video tersebut, tetap saja Ariel menyangkal itu bukan dirinya. Melihat kasus ini, Ariel bisa dikatakan berbohong. Kemudian kasus gayus yang plesir ke Bali. Awalnya dia berkata tidak pegi ke Bali, namun setelah foto-foto yang membuktikan dia ke Bali, akhirnya dia mengaku. Itu juga merupakan kebohongan. Sekarang ini yang lagi hangat, masih mengenai kasus Gayus. Pasca vonis hukuman, Gayus melakukan konferensi pers, dia menyatakan beberapa hal yang dianggap sebagai kejadian yang sebenarnya dia alami dalam kasusnya. Untuk sementara, pernyataan Gayus itu belum bisa dikatakan kebohongan, karena belum ada bukti yang menyanggah pernyataan-pernyataan Gayus tersebut. Sehingga bagi pihak yang berkepentingan wajib untuk mencari tahu/ menindaklanjuti pernyataan itu.
Ada contoh lagi, sikap resmi para tokoh agama yang menyatakan beberapa ‘kebohongan’ yang dilakukan pemerintahan SBY. Pernyataan tokoh lintas agama itu sebenarnya tidak salah, sama seperti contoh-contoh yang dijelaskan saya tadi sebelumnya, saat sesuatu pernyataan sudah terbukti tidak sesuai kenyataan kita bisa mengatakan telah terjadi ‘kebohongan’, apalagi pernyataan pemerintah itu sudah diklaim sebagai keberhasilan. Namun, pernyataan sikap tokoh lintas agama ini membuat geram pemerintah, mereka mencoba merangkul tokoh agama lain yang tidak ikut dalam deklarasi penyataan sikap tokoh lintas agama untuk mencounternya dengan membenturkannya dengan nilai-nilai keagamaan. Ketua Umum PB NU KH Said Aqil Siradj salah satunya, mengatakan kritik dari tokoh agama tidak selayaknya dilontarkan dengan bahasa kasar, apalagi memakai bahasa kebohongan. “Kalau ulama mengkritik dengan bahasa kasar, lalu bagaimana umat dan pengikut kita? Bisa lebih kasar dan brutal mereka. Ini yang kita jaga di PBNU,” tandasnya.
Pendapat semacam itu boleh-boleh saja. Menganggap kata ‘kebohongan’ menjadi kata yang dianggap kasar atau tidak etis disampaikan tokoh lintas agama. Namun apabila pernyataan yang ‘kebohongan’ yang dilontarkan oleh orang-orang yang memang merasa dibohongi akan menjadi wajar. Mereka sudah dijanjikan sesuatu tetapi realisasi janji-janji itu ditepati tidak kunjung terbukti, jadi sudah sewajarnya kata ‘kebohongan’ dilontarkan pada pemerintah. Ketua PB NU bisa berkata begitu, karena dia bukan pihak yang dirugikan, dia tidak merasakan bagimana sengsaranya rakyat yang dibohongi.
Masyarakat Porong Sidoarjo, yang menjadi korban lumpur yang sejak lama menantikan ganti rugi tak kunjung terselesaikan. Berkali-kali pemerintah berjanji, mengeluarkan instruksi dan semacamnya bahkan sampai presiden turun langsung ke lokasi sambil meneteskan air mata namun kenyataannya korban lumpur nasibnya tetap terkatung-katung menunggu janji ditepati. Apa itu bukan kebohongan? Kemudian baru-baru ini sewaktu bencana merapi, pemerintah menyatakan akan membeli semua sapi-sapi warga korban merapi, namun kenyataan di lapangan tidak demikian. Apa itu bukan kebohongan? Atau sebuah kegagalan? Tetapi kalau itu merupakan kegagalan, bagaimana sakit hati warga yang sudah dijanjikan namun realisasi janji-janji itu tidak terbukti. Janji merupakan hutang dan harus ditepati.  Kalau memang akan ditepati, harus menunggu sampai kapan, apakah sampai pemerintahan SBY berakhir baru janji-janji itu bisa dikatakan ‘kebohongan’ atau kegagalan?
Tokoh lintas agama berusaha menyuarakan suara hati masyarakat yang merasa dibohongi. Karena bila warga sendiri yang bersuara, berdemo menuntut janji-janji itu ditepati telinga pemerintah seakan-akan tuli. Mudah-mudahan, dengan deklarasi yang disampaikan tokoh lintas agama membuat pemerintah lebih peka, bukan malah berusaha membela diri dengan mengadu tokoh lintas agama dengan tokoh agama lainnya. Kata ‘kebohongan’ itu sendiri sebenarnya bermakna kesenjangan antara pernyataan dengan kenyataan. Semoga tokoh-tokoh lainnya dan juga pemerintah mencermatinya demikian. Cpr.

Sumber :
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta : Balai Pustaka
Psikologi-online.com-Apakah Arti Bohong Itu? Diakses tanggal 22 Januari 2011

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Yah, sekarang, contoh-contoh kebohongan banyak diumbar para pejabat di Indonesia. Kalau sudah kesandung kasus, kebohongan yang ditampilkan, untuk menutup-nutupi kebenaran. Baru-baru ini bisa kita lihat kebohongan yang dilontarkan mantan putri Indonesia, yang sempat menjadi anggota DPR dan tersangkut kasus korupsi, pun berbohong atas kasus yang dialaminya. Berbekal kemampuan akting yang pernah dilakoninya, kebohongannya tampak rapih, padahal kita jelas bisa membedakan mana yang bohong mana yang tidak. Melihat itu semua kita cuma bisa mengelus dada. Yang bersangkutan sih menyatakan apa yang disampaikan itu benar, ya itu sih menurut dia. Mana ada sih orang bohong mengaku? Paling-paling kalau sudah terjepit baru ngaku. Dan bila saat itu tiba, tiada agi orang yang akan percaya.

    BalasHapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6