Gebrakan di Awal Tahun 2011 yang Membangunkan Pemerintah

Awal tahun 2011 memang perlu adanya gebrakan untuk membangunkan pemerintah yang selama ini tertidur atau memang tidak melihat/ buta. Selama ini pemerintah berjanji untuk mensejahterakan rakyatnya, dan pemerintah meng-klaim bahwa janji-janji yang mereka utarakan saat kampanye itu sudah terpenuhi. Mereka meng-klaim dengan angka-angka ekonomi bahwa kesejahteraan rakyat yang menjadi tujuan utama pemerintahan mereka telah tercapai. Kenyataan di lapangan sebenarnya berkata lain, namun dengan bangganya mereka (pemerintah) menganggap janji-janji mereka telah terpenuhi. Sebagai contoh angka kemiskinan yang menurut mereka telah berkurang dari tahun-tahun sebelumnya. Tetapi kenyataan hampir setiap tahun terjadi degradasi kemiskinan, semakin banyak orang miskin di negeri ini.
Kantong-kantong kemiskinan di kota-kota besar semakin banyak. Kemiskinan semakin terlihat dari kebijakan-kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah tidak ada yang berpihak pada rakyat kecil. Yang terlihat justru kericuhan di tingkat elit-elit politiknya saja. Itu semua terlihat jelas dalam berita sehari-hari. Lihat saja sekarang ini, pemilu presiden yang masih lama sudah diributkan, siapa yang akan memimpin Indonesia berikutnya, sedangkan di daerah-daerah rakyat semakin menderita dengan kenaikan harga kebutuhan pokok. Berbagi kekusasaan dan dukungan lah yang selalu diobral mereka (pemerintah), kemudian pengumbaran citralah yang sering ditunjukkan pemimpin tertinggi di negeri ini. Bak  seorang artis yang terus bersolek tanpa mengenal waktu, saat kesempatan datang pencitraan diri sangat dianggap penting oleh dia (presiden).
Para tokoh lintas agama dan elemen masyarakat beserta di Indonesia mempunyai tanggung jawab moral, mereka berkumpul membahasa keperihatinan bangsa. Melihat bahwa kenyataan dengan apa yang sudah diumbar pemerintah itu sebenarnya tidak terbukti, justru semakin jauh kesenjangan antara kenyataan dengan klaim pemerintah. Melihat keadaan itu tokoh-tokoh agama mencoba membuat pandangan bersama tentang 18 kebohongan pemerintahan SBY, yang terdiri dari 9 kebohongan lama dan 9 kebohongan baru. Bahkan tokoh-tokoh lintas agama ini ingin mencanangkan Tahun Perlawanan terhadap Kebohongan. 
Para tokoh-tokoh agama ini dianggap lebih dekat dengan rakyat, karena keluhan dari rakyat dapat dengan mudah disampaikan melalui tokoh-tokoh agamanya. Dan sebagai tokoh agama, merasa ada tanggung jawab moril untuk menyampaikan keluhan-keluhan ini kepada petinggi negeri ini. Lembaga-lembaga yang memang bertugas untuk menghimpun keluhan-keluhan sepertinya egois, hanya mementingkan kepentingan tujuan politik partainya saja sehingga keluhan masyarakat hanya sebatas wacana dan tidak ada tindak lanjutnya.
Telinga pemerintah sepertinya mulai gerah mendengar kritikan ini. Memang pemerintah negeri ini dipilih oleh rakyat, namun hanya mau mendengar mereka-mereka yang mempunyai posisi/ dipandang. Untung saja mereka (tokoh-tokoh lintas agama serta elemen masyarakat) mempunyai taggung jawab moral terhadap umatnya. Pemerintah melalui kaki-kaki tanganya sudah berusaha membantah itu semua. Bahkan presiden cenderung menyalahkan media masa yang mengabarkan tudingan tokoh lintas agama yang menyatakan SBY bohong. Dan hari ini, tepatnya malam ini, pemerintah mengundang tokoh-tokoh lintasa agama dan elemen masyarakay untuk berdikusi tentang tudingan ini. Nanti akan kita lihat apakah pemerintah menyangkal atau menerima kenyataan ini dan menunjukkan perbaikan yang konkrit kedepannya, bukan hanya sekedar untuk pencitraan diri. Cpr.
 
Sumber :
Tribunnews.com-PPP Imbau Pemuka Agama Tahan Diri diakses tanggal 17 Januari 2011

Posting Komentar

0 Komentar